-->

11 Oktober 1989 Paus John Paul II Ke Ledalero-Ada apa di Maumere?

advertise here

Gereja Santo Mikhael Nita
Gereja Santo Mikhael Nita


Editor: Silverius

Awal perkembangan iman katholik, jika kita melihat dari karya para Pastor Dominikan dari tahun 1561 sampai 1621, hingga diusir oleh Belanda, umat sempat di tinggal begitu saja tanpa kitab suci dan perayaan ekaristi yang berkesinambungan.

Di Timor pada tahun 1556, Pastor Antonio Taveira mempermandikan 25.000 orang menjadi katholik. Namun, karena kekurangan tenaga imam maka umat pun akhirnya sebagian ditinggal begitu saja. 

Hingga era Belanda mengusir Portugis dari wilayah Nusa Tenggara, mereka mengecualikan beberapa wilayah yang menjadi karya misi. Wilayah itu adalah Larantuka, Sikka, dan Atapupu kecuali Oikuse yang pada saat itu masuh menjadi basis Portugis.

Di Sikka ada sebuah paroki yang pada 28 September 2015 merayakan Rahmat satu abad. Paroki itu adalah Paroki Santo Mikhael Nita yang berada di wilayah Keuskupan Maumere.

Awal perkembangan iman umat di Paroki Nita di mulai pada tahun 1885 dengan di baptisnya dua orang di Nita. Dari kedua orang ini, hingga pada akhirnya setiap hari jumlah orang yang dibaptis semakin bertambah banyak. Hal ini dapat kita lihat dari catatan Pater Anton Jjsselhjik SY misionaris Yesuit.

Baca Juga: Mengenal Santo Joseph Freinademetz

Karena jumlah umat yang semakin bertambah banyak dan keterbatasan tempat untuk melaksanakan ibadah, maka atas kebijaksanaan Raja dari Kerajaan Nita untuk merombak Istananya untuk menjadi tempat pelayanan umat bagi misionaris.

Hingga pada akhirnya pada tahun 1859 sampai 1917 sebenarnya para msisionaris Yesuit telah mendirikan beberapa markas penginjilan yakni di Larantuka, Flores Timur, serta basis-basis di Lela, Koting dan Sikka di Maumere.

Catatan lain menunjukan bahwa pada tahun 1885 sampai tahun 1915, Nita merupakan salah satu Stasi dari Paroki Koting. Kemudian pada tanggal 29 September 1915, resmi menjadi sebuah Paroki dengan luas wilayah meliputi Paroki Tilang, Nita, Bloro, dan Wairpelit dengan pastor paroki pertama di wilayah Nita adalah Pater Theodorus Roupe Vandervood.

Baca Juga: 1 Maret 1913 Pater Piet Noyen SVD - Ada Apa di Lahurus dan Larantuka?

Gereja Nita yang saat ini terlihat merupakan hasil karya Pater Fransiskus Mertens SVD bersama umat Nita yang saat ini telah dilakukan pemugaran sebanyak 3 kali. Sejarah gereja Nita ini patut kita ketahui hingga hal yang mendetail, sebab usia gereja ini sudah ratusan tahun. Usia yang tua itu, akhirnya gereja Nita pernah di lakukan pemugaran pada tahun 1981, lalu pada tahun 1983, dan kemudian pada 1985. Pemugaran sendiri dipimpin langsung oleh Pater Tarsisius Djuang Ujan SVD. 

Menurut catatan sejarah bahwa sebagian dinding gereja ini harus runtuh karena gempa dahsayat yang mengguncang Nita pada tahun 1992. Namun, setelah Romo Soba Pr bersama umat pada taahun 1996 melakukan pemugaran kembali gedung gereja itu termasuk membangun dengan rumah pastoran Nita. Hingga pada tahun 2014 dilakukan pemugaran kembali gereja Nita dan dirayakanlah satu abad (seratus tahun) Paroki Santo Mikhael Nita.

  Fakta Paroki Nita

  1. Awalnya Paroki ini mendirikan 2 seminari tinggi terbesar didunia saat itu, yakni Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero yang saat ini masuk paroki Wairpelit dan Seminari Tinggi Ritapiret.
  2. Dari Koting, menghasilkan ribuan Imam dari 2 seminari ini dan bermisi di puluhan negara di Eropa, Amerika, Australia, Afrika, dan Asia.
  3. Terdapat belasan tarekat diantaranya, Biara Karmel, Bruder Nasaret, Vocationis, Biara MGL, Susteran ALMA, Susteran Fransiskan, komunitas SVD, dan beberapa terekat lainnya.
  4. Paroki Koting menahbiskan Gabriel Manek menjadi Pastor dari Seminari Tinggi Ledalero pada tahun 1941  yang kemudian menjadi Uskup keuskupan Larantuka
  5. Paus Yohanes Paulus pernah berkunjung ke Ritapiret dan Ledalero pada 11-12 Oktober 1989.
Sekian kilas balik sejarah singkat Paroki Santo Mikhael Nita. (cah/P)