-->

Nusa Tenggara Timur Dan Awal Mula Penyebaran Agama Katolik

advertise here

NEGERIPAUS.BLOGSPOT.COM - Perang dan persaingan antar Belanda (Pihak VOC) dan Portugis di wilayah Kepulauan Solor (Adonara, Lembata, Larantuka, dan Solor) sejak berabad-abad lalu menandakan akan awal penyebaran agama Katolik di wilayah Kepulauan Solor.

Sejarah Katholik NTT
Gambar Ini Hanya Pemanis, Gambar Salah Satu Pasar di Timor 

Sedangkan di Wilayah Nusa Tenggara Timur sendiri persaingan antar dua kekuasaan besar itu melalui perdagangan cendana, agama, dan politik.

Seperti halnya di Timor, wilayah Kepulauan Solor telah memiliki kepercayaan terhadap alam dan roh nenek moyang mereka sebelum agama Eropa datang.

Sebelum Eropa dengan misionaris dan berbagai macam ordonya, Wilayah Kepulauan Solor telah memiliki kepercayaan akan Tuhan yang tersirat dalam sebutan Lera Wulan Tanah Ekan, atau dalam bahasa-bahasa daerah setempat lainnya juga menunjukkan hal yang sama.

Beberapa catatan yang masih dapat kita ketahui adalah pada Agustus tahun 1515 di Oekusi jejak Portugis telah ada di sana. Hanya saja untuk penyebaran dan pengajaran tentang keagamaan berlangsung sekitar tahun 1556. 

Kurang lebih 41 tahun lamanya sejak kedatangan Portugis ke Oekusi barulah penyebaran agaman itu bisa dikatakan berjalan cukup baik. 

Kendala yang di hadapi Portugis pada saat itu yakni masyarakat setempat telah memiliki kepercayaan sendiri seperti pada beberapa pulau di Kepulauan Solor tersebut dan terbatasnya misionaris Dominikan.

Baca Juga: Sejarah Awal Kedatangan Agama Islam Di NTT

Sementara agama katolik dapat diketahui cara penyebarannya mengikuti wilayah perdagangan hingga wilayah-wilayah yang memang dikuasai penuh oleh Portugis. 

Hal ini dilakukan sebagai politik penyebaran agama katholik di Solor sebagai Basis Portugis. 

Selain perdagangan, strategi lain yang digunakan untuk menyebarkan agama Katolik oleh para misionaris yakni menggunakan pendekatan dengan para tokoh kunci seperti para raja, bangsawan dan keluarganya.

Pulau Flores raja ke 9 Larantuka, yaitu Raja Ola berhasil dipermandikan pada tahun 1645 dengan nama Don Konstantino. Sedangkan Raja Sikka pertama yang memeluk agama Katolik pada tahun 1607 yaitu Gustinyu da Gama.

Sampai abad ke-17 agama Katolik telah menyebar ke Pulau  Flores bagian Tengah (Ende, Sikka) dan Flores Timur serta  Pulau Timor.

Pada tahun 1646  pusat kegiatan misionaris dipindahkan dari Solor ke Larantuka sampai 1702, kemudian dipindahkan dari Larantuka ke Lifao sampai 1769.

Baca Juga: Pater Piet Noyen, Ada Apa di Lahurus?

Selain Ordo Dominikan, pada tahun 1665 terdapat ordo Jesuit, yakni Pater Antonio Fransisco dan Bruder Antonio de Torres yang pindah dari Makassar ke Larantuka(Widiyatmika, 2014).

Di Solor, Raja Solor di Permandikan oleh seorang saudagar yang bernama Juan Soares. 

Jika dihitung, sekitar 17 pembesar dan Raja di pedalaman Pulau Timor dan keluarganya memeluk agama Katolik.

Permandian Raja Solor itu menandakan awal karya misionaris di Solor yang bukan hanya di sini saja melainkan berkembang hingga ke Adonara, Sikka, Ende, Tonggo, Lamakera, dan Timor.

Penyebaran Agama katolik ini bisa dibilang berhasil karena pada tahun 1556 Pater Antonio Taveira, OP, berhasil mempermandikan 5000 orang sedangkan 3 tahun kemudian seorang pedagang mempermandikan 200 orang di Pulau Flores. 

Pada tahun 1561 misionaris pertama mulai menetap di Solor, yakni Pater Antonio da Cruz sebagai pembesar, bersama Pater Simao das Cagas dan Brudes Alexio.

Kedatangan tiga misionaris ini karena atas dukungan dari Uskup yang ada di Malaka saat itu yakni Jorghe de Santa. 

Barulah 60 tahun kemudian catatan sejarah katolik di Lembata dapat diketahui.  

Saat itu pulau Solor dijadikan sebagai pusat kegiatan misionaris sampai tahun 1646.

Perkembangan itu dimulai dari pentingnya memberikan pendidikan terhadap para penduduk pribumi sehingga didirikan seminari rendah dengan 50 Orang siswa.

Jejak sejarah yang dapat diketahui adalah karya misi Pater Antonio Jacinto dalam pelayarannya ke Pulau Rote, Batuputih, hingga ke Amarasi sampai mempermandikan putra mahkota Raja Mena pada tahun 1641. 

Kemudian melanjutkan pelayaran ke Lifao, Amanuban dan pada tahun 1642 mendirikan benteng di Kupang. 

Jatuhnya bandar Malaka 1641 ke tangan VOC yang kemudian menyusul kekalahan Sultan Hasanuddin pada 1667 dari VOC, menyebabkan banyak para pengungsi ke Larantuka.

Tahun 1690-1770 di Pulau Timor adalah misionaris Fransiskan, oleh karena itu Gubernur Antonio Coelho de Guerreiro mengirimkan surat agar ordo lain diizinkan mengingat daerah Nusa Tenggara Timur kalau hanya dibebankan kepada ordo Dominikan sangat luas.

Baca Juga: Masa Pemerintahan Raja Baololonga Kaai di Alor

Pada 1914 masuk Ordo Serikat Sabda Allah (SVD) dan sejak itu merupakan masa misionaris SVD sampai sekarang (Widiyatmika, 2014). Kegiatan misionaris Katolik di Sumba diawali pada abad ke-16. 

Menurut laporan Peter Mikhael Rangel antara 1561-1572 para misionaris Dominikan Portugis membuka stasi Katolik dekat Melolo, Sumba Timur. 

Kegiatan misionaris baru muncul kembali setelah 300 tahun sejak  21 April 1889 ketika Peter Bern Sweitz bersama Brouder Busch datang dari Larantuka mendarat di Laura, Sumba Barat dan telah berhasil dipermandikan 610 anak di Laura.

Pada tahun 1898 para misionaris meninggalkan Sumba dan selama 1898-1921 Sumba tanpa adanya pelayanan rohani inilah kemudian melahirkan peradaban baru dalam struktur kehidupan masyarakat dari tradisional animisme dan dinamisme menuju pada masyarakat religius dan bermartabat.

Akan tetapi sangat disayangkan kekuatan Portugis di Nusa Tenggara Timur tidaklah kuat sehingga kalah saing dengan bangsa Eropa lain dan akhir abad 18 keluar dari Nusa Tenggara Timur. 

Sumber: Samingan,dkk. 2021. KEDATANGAN BANGSA PORTUGIS:  BERDAGANG DAN MENYEBARKAN AGAMA KATOLIK DI NUSA TENGGARA TIMUR.  Jurnal Kajian, Penelitian & Pengembangan Pendidikan Sejarah. UNFLOR

Artikel Lainnya: Siapa Orang Ile Ape?