-->

Mitologi Awalolong: Kisah Anjing dan Tenggelamnya Awalolong

advertise here

Kisah Anjing yang Bisa Berbicara

Edittor: Silverius



Pembaca yang budiman!
Masih segar dalam ingatan ketika awal saya masuk Sekolah Dasar Katholik tahun 1999, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi belum terlihat seperti sekarang ini. Demikian sumber penerangan saat itu adalah pelita dari kaleng susu Indomilk yang lubangi bagian atasnya lalu dipasang pipa. Pada Lubang Pipa itu dimasukan benang kapas hasil pintalan ibu-ibu desa dan diisi minyak tanah dalam kaleng tersebut. Saat itu orang tua saya (terutama ibu) hampir setiap malam dalam sunyi nyanyian jangkrik, selalu saja menyisihkan waktu luang untuk Tutu Nuan (Artinya dalam Bahasa Indonesia: mendongeng).

Sejarah Tenggelamnya Awalolong; Foto: Istimewa
Sejarah Tenggelamnya Awalolong; Foto: Istimewa

Tentang dongeng-dongeng itu, salah satunya adalah mitologi pulau Awalolong. Salah satu pulau yang tenggelam di Pulau Lembata yang katanya akan dibangun hotel apung. Segalah pra sarana telah disiapkan namun apalah daya, duit memang menggiurkan dan bisa membius setiap nurani hingga tidak terlaksana sampai saat ini. Begitu juga di ikuti dengan protes keras oleh masyarakat. Namun, lupakan saja polemik itu dan mari kita mendongeng tentang Awalolong.

Saat ini teknologi informasi berkembang sangat pesat dan pengalaman mendongeng bagi anak-anak saat ini mulai jarang ditemukan. Anak-anak yang masih berusia dini telah dikenalkan dengan teknologi canggih yang dapat digunakan untuk mengakses berbagai hal di seluruh dunia dengan sangat mudah. Hal ini menyebabkan kegiatan mendongeng dongeng tidak lagi menarik bagi anak-anak. Hal ini didukung dengan kesibukan orang tua yang meningkat di tengah pandemi dan belajar online sehingga kesempatan untuk berkumpul dengan anak-anak mulai berkurang. Semua ini tidak disadari telah mengubah perilaku anak-anak di dalam kesehariannya dan kedepan nya dalam kehidupan sosial.

************************************


Kisah Awalolong itu dimulai dari sini --->

Alkisah pada jaman dulu di sebuah wilayah di Pulau Awalolong hiduplah sekelompok manusia dengan sangat harmoni. Para penduduk dalam keseharian aktivitasnya hanya bertani dan berkebun serta ada juga sebagai nelayan. Walaupun demikian para penduduk pulau Awalolong tidak pernah kekurangan. Mereka saling bergantung satu dengan yang lain. Juga di pulau itu hiduplah seorang perempuan tua, tidak menikah dan tinggal seorang diri di gubuk tua. Gubuk itu atau dalam bahasa daerah Ile Ape (Oring). Jadi oring ini sebagai tempat tinggal yang nyaman bersama seekor anjing peliharaan nya.

Singkat cerita, sudah menjadi tradisi di pulau itu dimana selalu diadakan syukuran ketika musim panen baru. Syukuran itu lazimnya dilakukan dengan melakukan tarian tandak atau sole oha dan hamang.  Dan tibalah saatnya mereka untuk berpesta atas hasil panen yang melimpah. Di tengah pesta sole oha dan hamang itu, nenek tua ini pulang ke Oring dan mendapatkan anjingnya yang sedang tidur dekat di tungku api. Maka dengan keras nenek itu berkata kepada anjingnya itu, katanya "(dalam dialek Ile Ape:"Ata perae di mura ramhena ro puken aku ti mo turu tepi, pana rae nai ti mang sole mong ata wekae perae pe)" dalam Bahasa Indonesia ("orang ada berpesta dan bersenang-sengang di sana terus kenapa engkau tidur saja disini, bangun dari sini dan pergilah ke sana untuk berpesta bersama mereka").

Akhirnya anjingnya pun bangun dan mengambil kain dengan mulutnya lalu memakainya di atas kepala. Kemudian anjing itu berlari ke tengah-tengah lingkaran orang-orang yang sedang berpesta itu dan mulai menyanyi. Syair yang dinyanyikan oleh anjing itu adalah; dalam dialek Ile Ape ("mope rae pe hauko, mo pe lau pe di daiko. Mo pe teti lodoko, mo pelali gereko") dalam bahasa Indonesia "Engkau di sana yang di depan saya datanglah, yang di belakang saya kemarilah. Di atas turunlah, dan dibawah naiklah".


Maka saat itu juga terjadilah gempa bumi yang dasyat, dan turunlah hujan serta semakin tinggi permukaan air laut dan menenggelamkan pulau Awalolong. Nenek tua pemilik anjing itu berubah menjadi teripang dan mendiami dasar laut Awalolong.

Pulau Awalolong Yang Tenggelam
Pulau Siput ini Merupakan Pulau Awalolong Yang Tenggelam

Berdasarkan penuturan sejarah lisan, ada beberapa orang yang selamat dan berhasil membentuk suku-suku besar di Lembata dan sekitarnya. Suku-suku itu adalah Paokuma di Kampung adat Napaulun,  Kampung Tuak Wutun, Kampung Ile Ape, Kampung Tokojaeng dan beberapa kampung sekitaran Kec. Ile Ape Timur, juga sebagian suku Paokuma yang ada di Omesuri dan Buyasuri atau Kedang. Selain itu ada sebagian yang berlari ke Bungalawan dengan nama sukunya adalah Lewokuma atau Kuma. Dilihat dari tampilan rumah adatnya ada kesamaan yaitu rumah adat dengan lima tombak bagian atapnya menandakan posisi kekuasaan dalam struktur adat selain itu dari nama orang-orang itu ada kesamaan seperti Kuma, Baman, Boli, dan sebagainya. Tentunya ini berdasarkan pengetahuan penulis saja. Akan tetapi jika terdapat kekeliruan terhadap klaim asal usul suku Lewokuma ini maka mohon untuk di koreksi. 

Sekian kisah mitologi Awalolong ini untuk kita ketahui. Selamat Membaca!