-->
  • Jelajahi

    Copyright © NEGERI PAUS
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Sultan Syahbudin bin Salman al-Faris-Penyebaran Islam di Solor sampai Ke Kupang

    NPmedia
    16/12/2021, December 16, 2021 WIB Last Updated 2022-06-22T11:18:24Z
    Makam Shahbudin bin Ali bin Salman Al Farisi (Sultan Menanga )
     Makam Shahbudin bin Ali bin Salman Al Farisi (Sultan Menanga), Sumber:Sumber: 
    Murtadlo, M. 2017. Situs Menanga Solor Flores Timur:  Jejak Islam di Nusa Tenggara Timur (NTT). Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan 

    Sebelumnya kita sudah membaca mengenai peristiwa yang terjadi di Pulau Solor oleh Portugis dan Sultan Menanga. Kala itu Kaicili Pertawi sebagai Sultan Menanga yang memimpin kerajaan-kerajaan Islam kecil di Lembata, Adonara, dan Solor berhasil bekerja sama dengan Belanda mengusir Portugis dari Lohayong.

    Namun tidak bertahan lama hingga Portugis kembali menguasai Benteng Lohayong. 

    Namun tetap saja Benteng itu kemudian diambil kembali oleh Sultan Menanga (Kaicili Pertawi).

    Terlepas dari itu, bagaimana dengan periode setelah peninggalan Sultan Menanga Kaicili Pertawi?

    Ceritanya dimulai dari tahun 1645 ketika Kaicili Pertawi meninggal, takhta kerajaan diambil alih oleh istri kedua Kaicili Pertawi bernama Nyai Sili Pertawi. 

    Nyai Sili Pertawi ini diceritakan berasal dari Keda sebuah kota di Malaysia.

    Dia beserta rombongannya mendatangi Solor dan kemudian oleh tuan tanah diberi tanah dibagian atas pantai Menanga. 

    Mulailah dibangun benteng  kecil kurang lebih 50 m x 50 m yang terletak di belakang Benteng Menanga, tepatnya di belakang makam Imam Patiduri.

    Dari istana inilah, di kemudian hari, untuk kepentingan pengembangan Islam istana dibangun lebih di bawah dengan areal yang lebih luas.

    Kepemimpinan seorang perempuan ini tidak bisa diremehkan, sebab Nyai Sili Pertawi dikenal sebagai seorang perempuan yang hebat. VOC di Solor saat itu dipimpin oleh Hendrick van Olldenburgh mengakui kepemimpinan Nyai Sili Pertawi atas persekutuan kerjaan-kerajaan di Lembata, Solor, dan Adonara itu yang di kenal dengan Solor Watan Lema.

    Kemudian dari pada itu untuk mempertahankan wilayah kekuasaan maka, VOC membujuk Nyai untuk sekiranya boleh tinggal di Benteng Lohayong. 

    Maka Nyai pun meminta persetujuan adipati persekutuan kerajaan-kerajaan Solor Watan Lema di Lembata, Solor, dan Adonara.

    Karena pertimbangan akan letaknya yang strategis dan kepentingan perdagangan lainnya di daerah Lohayong, maka mereka menyetujuinya.

    Oleh karena kendali dibawah Nyai, maka dari itu pihak Belanda (VOC) mulai konsentrasi di wilayah Kupang khususnya di Benteng Concordia di Mata Air.

    Nyai Sili Pertawi saat sebagai Sultan II Menanga memegang kendali pemerintahan Solor Watan Lema dengan lama peroden kepemimpinan dari tahun 1646-1664.

    Seiring berjalannya waktu kita tidak memperoleh keterangan lagi mengenai apa Nyai Sili Pertawi tetap tinggal di Benteng Lohayong atau tinggal di Menanga. Akan tetapi jelaslah bahwa Nyai Silih Pertawi mempunyai kuasa penuh atas kontrol terhadap Benteng Lohayong. 

    Karena pengaruh VOC maka kekuatan Portugis beralih dan menyebar ke Larantuka sebagian dan sebagian lagi ke Pulau Timor. 

    Sebelum akhirnya benteng diambil alih oleh Sultan Menanga dan hingga sekarang kepemimpinan diturunkan kepada Nyai, telah terjadi peperangan oleh Portugis dan Belanda di sekitaran Benteng Lohayong. 

    Maka dari itu, karena hantaman meriam dan ulah dari kedua pihak maka benteng menjadi rusak.

    Kerusakan yang ditimbulkan oleh peperangan perebutan saat itu menyebabkan benteng menjadi tidak kuat lagi menahan serangan. 

    Maka pada masa itu dilakukan pembangunan kembali tepatnya pada tahun 1646.

    Dua tahun kemudian tepatnya di tahun 1648 ada kejadian gempa bumi yang kuat sehingga meruntuhkan beberapa bagian Benteng Lohayong. 

    Dari sinilah Belanda semakin berkonsentrasi di wilayah Kupang. Perebutan wilayah dan penguasaan Kupang dari pada Portugis, maka VOC meminta bantuan dari pasukan Islam dari Solor. Ikut dalam perang itu seorang yang nantinya menjadi penyebar Islam di Kupang bernama Atu Laganama yang membangun kampung muslim yang saat ini menjadi kampung Solor di Kupang. 


    Ke tahun 1657 ketika VOC memindahkan pusat kedudukan dari Solor ke Kupang. Dari sini juga, Atu Laganama atau dikenal dengan nama Sultan Syarif Sahar mendatangi Kupang.

    Maka beberapa orang Islam di Solor pun melakukan migrasi ke Kupang. Atu Lagama kemudian dikenal menjadi penyebar agama Islam di sekitar Batu Besi, Kupang.


    Sementara di Solor pada tahun 1683 menjadi bagian dari kerajaan Ternate atau dikenal dengan Kerajaan Islam Ternate.

    Meski menjadi penyebar, kedatangan muslim melalui pesisir Kupang kini sebagian wilayahnya di kenal dengan nama Kampung Solor, itu sudah dilakukan sejak lama oleh Sultan Syahbudin bin Salman al-Faris atau di kenal dengan nama Kaicili Pertawi suami Nyai Sili Pertawi Sultan Menanga II di Solor pada abad ke 15. 

    Baca Juga: Kerajaan Islam Solor - Pemimpin Persekutuan Solor Watan Lema

    Hal ini mungkin karena mengingat kerja sama antara VOC di Solor dengan Kaicili Pertawi yang menjadi pemimpin kerajaan-keraan Solor Watan Lema (Kerajaan Solor Lima Pantai) untuk melawan Portugis di Solor juga masa Nyai Sili Pertawi masih bekerja sama dengan VOC.

     
    Sekian sejarah singkat penyebaran Islam dari Solor Ke Kupang.

    Sumber: 
    Murtadlo, M. 2017. Situs Menanga Solor Flores Timur:  Jejak Islam di Nusa Tenggara Timur (NTT). Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan.
    Wahyudi dkk,.2018. Pengabdian dalam Pengasingan; Kisah Depati Amir di Kupang Pada 1851-1869. IKT
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini