-->

8 Juni 1886 Ada Apa di Lamalera?

advertise here
Ada permandian 100 orang di Lamalera
Gambar dok


Negeri Paus - Jika kita membaca artikel sebelumnya mengenai sejarah penyebaran katholik Lembata maka kita akan mengetahui banyak mengenai karya para pater Dominikan dan pater Yesuit.

Kali ini kita khusus membahas mengenai ada apa di Lamalera pada 8 Juni 1886. Tentunya pertanyaan ini agaknya aneh, namun mari kita melihat apa yang terjadi atas pertanyaan itu.

Ketika pada bulan Oktober 1884, dalam perjalanan ke Surabaya untuk pengobatannya, Pater ten Brink menuliskan betapa mastarakat di wilayah Lamalera sangat antusias menjadi katholik. Selain itu Pater ten Brink juga mau menegaskan bahwa ada misionaris Yesuit yang pernah berkenalan dengan masyarakat Lamalera atas bantuan Don Lorenzo. 

Namun ada komunikasi yang mengambang kala itu sehingga ketika Pater ten Brink meminta kepada Pater Schweitz untuk ke Lamalera pada tahun 1884 itu tidak terlaksana. Kenapa bisa begitu?

Kembali ada komunikasi yang salah yakni ketika Pater ten Brink mengatakan kalau di Lamalera, Imam Yesuit pernah kesana dan berkenalan orang-orang disana. Sedangkan atas dasar catatan Pater Y. de Vries bahwa "Lamalera,  sebuat tempat di pulau Lomblem belum pernah dikunjungi oleh seorang imam, namun penduduknya telah menyatakan keinginan mereka dengan perantara Don Lorenso untuk menjadi umat kristiani dan mereka meminta supaya 30 anak mereka diterimakan pembaptisan", maka pater Schweitz tidak ke sana.

Siapa pater Y. de Vries SY?

Dia adalah Superior Missionis dalam tugasnya sebagai visitator, mengunjungi anggota ordonya di Larantuka dan Atapupu.

Dari catatan pater Y. de Vries SY itu ternyata bukan hanya 30 orang yang akan di baptis, melainkan 200 lebih orang. Oleh karena itu ketika Pater ten Brink SY dan Pater Vries pulang dari Atapupu, mereka menyempatkan untuk menyinggahi  Lamalera. 

Berikut catatan Pater Y. de Vries yang sangat penting untuk dijadikan peletakan awal sejarah Gereja Katholik Lembata.

Kutipan ini dari Buku Pater Alex Beding SVD sebagai berikut:

"Setelah tiba di pantai, kami menemukan masyarakat yang sudah siap menanti kami. Para ibu disertai anak-anak mereka, lebih dari seratus jumlahnya. Gampang saja melukiskan keadaan pakaian anak-anak itu: mereka tidak punya pakaian. 

Suatu pekerjaan yang berat. Tak ada gereja, tidak ada rumah yang cukup luas untuk menampung mereka semua. Tapi pantai yang luas memberi tempat yang cukup, terang dan juga udara.

Mula-mula nama harus dicatat. Artinya, kami coba menuliskan bunyi-bunyi asing yang dapat dimengerti. Untunglah karena Lorenzo membantu dengan tekun. Lalu kami harus mencari nama-nama kristiani. Tidak mungkin mereka semua diberi nama Maria dan Josef. 

Lalu kami menggunakan litani semua orang kudus dan juga seluruh kalender dalam buku Brevir. Orang-orang itu bangga akan nama-nama yang kami pilih. Dan dengan bangga mereka juga menyebut nama mereka: Deodatus, Teofilus, Filomena, dan sebagainya.

Lalu kami mulai mempermandikan. Untuk mengetahui siapa sudah dan siapa belum dipermandikan, kami pikir adalah sebaiknya anak-anak itu dijajarkan menurut nama-nama mereka. Ini merupakan pekerjaan yang sulit, tetapi kami tidak tau cara yang lebih baik. Boleh saya katakan hampir sama halnya dengan menjajarkan sejumlah kodok yang sedang berlompatan kian ke mari. 

Anak-anak kecil yang begitu gembira dan sambil bermanin-main tidak bisa berdiri diam di tempat. Di sana-sini ada sekelompok anak-anak yang berkejar-kejaran di pasir dimana kami baru saja mengatur dan menertibkan suasana.

Akhirnya tugas kami dapat diselesaikan dengan baik dan dengan rasa puas kami boleh melihat di depan kami suatu jemat muda belia yang berjumlah seratus anggota. Mereka bisa disebut sebagai jemaat yang sama sekali tak berdosa di seluruh dunia. Itulah pekerjaan kami pada hari pertama di Desa Lamalera Bawah."

Bersambung ke Hari ke 2 pada 9 Juni 1886 di Lamalera.