-->

215 Anak di Lamalera Atas Pada 9 Juni 1886

advertise here

Bapak Antonius Lela, Salah Satu Guru Gama Katholik pertama dari Lamalera/ Foto oleh Seratus Tahun Gereja Katholik Lembata
Bapak Antonius Lela, Salah Satu Guru Gama Katholik pertama dari Lamalera/ Foto oleh Seratus Tahun Gereja Katholik Lembata


Edittor: Silverius Paokuma

Pater Visitator Y. De Vries dalam laporan sebelumnya pada tanggal 8 Juni 1886, bahwa di Lamalera Bawah telah dipermandikan 100 anak dan telah menjadi jemaat yang baru dan belum berdosa. 

Dalam laporan itu, Pater Y. de Vries yang dibantu oleh P. ten Brink mengungkapkan bahwa pekerjaan ini merupakan suatu pekerjaan yang berat sebab minimnya fasilitas disana dan belum adanya pengajaran yang cukup tentang keagamaan.

Namun dengan bimbingan Kristus, mereka berhasil menyelesaikan pekerjaan maha berat itu.

Kemudian pada tanggal 9 Juni 1886 kedua Pater ini yakni Pater Y. de Vries dan P. ten Brink melanjutkan pekerjaan di Lamalera Atas. Kedatangan keduanya disambut oleh Bapak Raja dan anak-anak. Setelah melepas lelah dan meminta izin kepada Bapak Raja,  keduanya melanjutkan pembaptisan kepada anak-anak.

Rupanya anak-anak di situ amatlah banyak sehingga mereka harus bekerja ekstra selama tiga jam untuk mempermandikan. Akan tetapi waktu tiga jam itu tidaklah cukup bagi keduanya oleh kerena itu mereka menghentikan kegiatan permandian itu dan melanjutkannya besok hari.

Sehingga setelah selesai permandian pada hari esok, jumlah anak-anak yang dipermandikan sebanyak 215 orang anak. Disamping itu, beberapa orang dewasa juga menyatakan dirinya untuk  mau dipermandikan oleh kedua Pater itu. Namun karena atas pertimbangan bahwa sebelum dipermandikan, seorang calon katholik haruslah mendapat sedikitnya pengajaran mengenai katholik bimbingan agama, sehingga untuk keinginan para calon jemaat dewasa itu ditunda.

Akan tetapi pertimbangan itu di kecualikan, karena saat itu ada seorang ibu yang sedang sakit yang agaknya harus membutuhkan penguatan rohani sehingga beliau di permandikan tanpa diberikan bimbingan.

Rupanya bukan hanya di Lamalera Bawah dan Lamalera Atas, namun ada beberapa kampung tetangga juga menunggu kedatangan kedua pater itu. Namun kedua pater tidak bisa memenuhi hal itu karena waktu tidak memungkinkan sehingga dengan terpaksa membatalkan kunjungan atas permintaan itu.

Dapat kita ketahui apa yang dilakukan di Desa Lamalera Atas oleh keduanya dari laporan P. Y. de Vries SY adalah sebagai berikut:

"Sesudah selesai pekerjaan di Desa Lamalera Bawah, tiba giliran Desa Lamalera Atas pada keesokan harinya, tanggal 9 Juni 1886, di mana Bapak Raja bersama sejumlah besar anak-anak menantikan kami.

Sesudah berbicara dengan Bapak Raja, kami mulai melaksanakan tugas kami dengan cara yang sama seperti di Lamalera Bawah. Sesudah tiga jam, kami menghentikan pekerjaan itu, untuk dilanjutkan pada hari berikutnya.

Jumlah seluruhnya 215 anak-anak. Juga beberapa orang dewasa ingin dibaptis. Tetapi karena mereka belum mendapat pengajaran dan bimbingan agama, maka pembaptisan mereka ditunda. Hanya seorang ibu sakit payah diterimakan pembaptisan sesudah diadakan persiapan secukupnya. Kampung-kampung lain juga menantikan kedatangan kami, tetapi karena ketiadaan waktu, maka kunjungan kami lebih jauh terpaksa dibatalkan."

Selain itu, sumber lain dari laporan kepada Uskup oleh Pastor ten Brink dapat kita ketahui sebagai berikut:

"Pater de Vries dan saya mempermandikan dalam dua hari di Lamalera 215 anak-anak kecil. Banyak anak-anak lain dan orang-orang besar ingin juga dipermandikan, tetapi kami harus menunda sampai mereka sudah mendapat pengajaran secukupnya. Orang-orang disana berwatak baik, pada hemat saya lebih baik daripada di Larantuka dan Maumere. Juga semangat kerja lebih besar. Tetapi mereka hanyalah masyarakat nelayan miskin. Mereka begitu miskin karena mereka harus menjual ikan-ikan dengan harga murah saja . . . . 

Mungkin dianggap baik mulai mengadakan dua atau tiga kunjungan ke Lomblem. 

Pada akhir bulan ini saya akan mengunjungi Lamalera dan kampung-kampung di sekitarnya dan selanjutnya menyampaikan informasi kepada Monsinyur."

Pater ten Brink juga tidak lupa memberikan laporan atas bantuan Don Lorenzo, putra Mahkota Kerajaan Larantuka.   

"Sukses besar ini telah dicapai berkat bantuan putera mahkota Don Lorenzo. Tanpa bantuannya kami hanya bisa berbuat sedikit. Sekarang dia pergi lagi bersama saya." 

Namun dalam Laporan, dan permintaan Pastor ten untuk kunjungan ke Lamalera-Lomblem itu akhirnya harus gagal karena beberapa hal.  Sehingga kunjungan itu baru terealisasi pada bulan September 1887 yang kemudian dilangsungkan peandian lagi di Lembata.

Dari sini patutlah kita memberikan penghargaan dan menempatkan penghormatan atas jasa kedua pastor ini akan  karyanya meletakan dasar katholik pertama di Lembata.

Sejarah Katholik Lembata dan peletakan dasar iman terjadi pada tanggal 8 sampai 9 bulan Juni tahun 1886 patut kita ingat.

Kembali ke para pastor Yesuit itu. Sebelumnya kita telah mengetahui bahwa stasi pusat saat ituada di Larantuka sehingga ketika harus ke Lembata, harus menggunakan transportasi laut yang amat beresiko. Sehingga minimnya kunjungan ke Lembata pada tahun-tahun selanjutnya itu diadakan 2 kali dalam setahun yakni sekita bulan April dan Oktober selang 2 minggu. 

Selain kesulitan transportasi, kesulitan lain adalah air minum yang kurang baik untuk di konsumsi oleh para pastor. Pernah dicoba untuk menggali sumur, namun karena struktur tanah yang berbatu sangat menyulitkan mendapatkan air.  

Masyarakat pada umunya saat itu mendapatkan air tawar dari antara batu besar di bibir pantai hanya jika air laut tidak pasang naik. Barulah ditahun 1950 an air didaerah ini mulai diurus namun juga belum selesai seiring perkembangan pesat penduduk dua Desa ini yakni Lamalera Atas dan Lamalera Bawah.

Secara tata bahasa, Lamalera mempunyai dialek tersendiri kemudian beberapa wilayah di Lomblem mempunyai beberapa bahasa yang berbeda sehingga para pater menjadi kebingungan untuk memilih bahasa daera mana yang harus mereka gunakan untuk berkomunikasi.  

Tidak harus kita pungkiri bahwa dialek Lamalera lah yang digunakan sebagai pengantar dalam pengajaran Agama Katholik di Lomblem. Beberapa guru seperti Guru Lela dari Lamalera yang mengajar agama katholik sampai di Ile Ape dan sampai sekarang masih di ceritakan oleh murid di SDK 2 Lewotolok-Bungamuda-Ile Ape, tahun 1950 an menggunakan dialek Lamalera sebagai pengantar. Juga banyak buku doa dan nyanyian pertama dari Lembata diterbitkan dalam dialek Lamalera.