-->

Awal Kain Tenun Dieksplor Oleh Raja Don Aleksius Ximenes Da Silva

advertise here
NEGERIPAUS.BLOGSPOT.COM - Salah satu suku besar di Nusa Tenggara Timur adalah suku bangsa Sikka yang merupakan etnis Mukang.

Suku bangsa Sikka dengan Etnis Mukang ini terdiri dari beberapa suku yaitu Suku Sikka, Suku Krowe, Suku Mukang, dan Suku Muhang.

Suku-suku besar ini mempunyai budaya menenun dengan beraneka motif.

Motif Tenun Sikka
Motif Tenun Sikka

Suku Krowe misalnya mempunyai tenun ikat dengan beraneka motif yang sangat mahal jika satu sarung dihargakan.

Memakai kain sarung merupakan kebiasaan masyarakat Sikka dalam keseharian dan setiap acara adat, dan atau agama baik laki-laki maupun perempuan.

Untuk lak-laki Sikka kain sarung biasa disebut Lipa Sikka atau Ragi Sikka dan untuk perempuan disebut U'tang Sikka.


Menurut penuturan sejarah kain tenun di Sikka mulai di eksplorasi secara hebat sekitar tahun 1600-an oleh Raja Don Aleksius Ximenes Da Silva.

Raja Aleksius ini akrab disapa “Mo’ang Lesu” di tengarai sebagai perintis eksplorasi tenun-menenum di kampung Sikka sejak tahun 1607.

Hal ini terbukti dengan salah satu ungkapan rasa terima kasih masyarakat atas jasanya dimana hingga kini kaum ibu selalu “mengabadikan” motif Rempe Sikka Tope pada salah satu jenis tenunan mereka karena motif tersebut merupakan salah satu motif kesukaan Mo’ang Lesu. 

Pada Zaman dahulu, apabila ada wanita yang pandai menenun dianggap lebih tinggi derajatnya dari yang lain, sehingga umumnya gadis yang pandai menenun selalu menjadi incaran para pemuda.

Selain dari itu kain tenun ikat juga merupakan suatu sugesti yang memberikan kekuatan terhadap suatu tindakan, misalnya pemberian kain/sarung/selimut oleh seorang ibu kepada anaknya yang pergi merantau atau yang akan kawin.

Material ini dianggap sebagai suatu media yang memberi kekuatan kepada si anak di rantau atau di kehidupan yang baru.

Kain tenun juga merupakan suatu hal yang dapat dijadikan kebanggaan bagi seseorang/sebuah keluarga. Hal ini tampak bila seorang/keluarga yang didatangi tamu untuk bermalam, maka suatu kewajiban yang merupakan kebanggaan bagi tuan rumah ialah menyediakan selimut atau hasil kerajinan tenunannya agar dipergunakan untuk berselubung.

Jenis sarung tenun ikat itu tidak dapat diberikan artinya. Hanya maksudnya diketahui yakni jenis ikat beragam hias geometris, dimana disembunyikan motif benda hidup manusia, binatang, tumbuhan.

Selain itu ada juga jenis tenunan Utang Atabiang. Jenis sarung ikat dengan selang-seling motif skematis manusia laki-laki dan perempuan sebagai lambang suami istri dan lambang kesuburan.


Motif laki-laki kelihatan langsing untuk lambang suami dan motif perempuan kelihatan gendut untuk lambang istri hamil.

Kehamilan itu suatu situasi yang hidup penting karena dapat memungkinkan hidup baru.

Lukisan motif lak-laki kelihatan berbangga mendampingi istri yang ia hamilkan karena kerja sama seksual mereka diperoleh keturunan dengan kelahiran anak penerus hidup.

Utang moko mempunyai warna dominan hitam nila, ditatai terutama dengan beberapa jenis ragam hias geometris.

Sarung moko krowe sika yang asli ditata selain dengan berbagai ragam hias geometris, penataan ragam hias blok-blok adalah dominan, olehnya yang disebut tuga du’a nalu atau ina nalu pare, nama untuk ibu padi.

Baca Juga: Kerajaan Terong

Jadi alat puan to’a dan ibu padi dianggap identik semua sarung moko itu termasuk kategori sarung hujan gerimis.

Di Krowe Sika dibedakan dua jenis sarung moko yaitu moko iwang pada orang Krowe dan moko sika pada orang sika.

Fungsi sarung moko dihubungkan dengan lagi dengan upacara ritual, sarung ini dijadikan pakaian kegemaran kaum tua.

Tetapi bila dihubungkan lagi dengan upacara ritual, sarung ini dijadikan pakaian untuk alat upacara moko atau puan to’a dalam upacara berladang.

Moko itu adalah alat dongson yaitu alat perunggu, yang oleh keyakinan vulgar dianggap sumber kelimpahan panen.

Karena itu alat moko atau puan to’a dianggap prinsip perempuan sebagai ibu kelimpahan panen.
  
Sumber: Syaputra.2019.SARUNG DEKO (TENUN IKAT) DI MAUMERE NUSA TENGGARA TIMUR (KAJIAN SENI RUPA). SKRIPSI.UNMUH. Makasar