-->
  • Jelajahi

    Copyright © NEGERI PAUS
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    1 Maret 1913 Pater Piet Noyen SVD - Ada Apa di Lahurus dan Larantuka?

    NPmedia
    13/12/2021, December 13, 2021 WIB Last Updated 2022-09-09T08:05:00Z

    Mgr. Piet Noyen, SVD, Sumber: Wikipeida
    Mgr. Piet Noyen, SVD, Sumber: Wikipedia

    Artikel Selanjutnya: Islam Solor - Antara Lohayong dan Menanga

    Negeri Paus - Sebuah awal misionaris Serikat Sabda Allah (SVD) yang mengambil alih misi Nusa Tenggara dari para Yesuit pada tahun 1913/1914. Ceritanya dimulai dari kunjungan Mgr. Luypen SJ kepada Superior Jenderal Nic. Blum di Steyl. 

    Mgr. Luypen SJ yang pada saat itu menjabat sebagai Vikaris Apostolik Jakarta, dalam kunjungannya itu memberikan masukan dan menawarkan suatu ide untuk sekiranya Serikat Sabda Allah (SVD)  mau menerima beberapa bagian wilayah di Indonesia untuk menjadi wilayah misinya.

    Beberapa waktu kemudian, setelah dipastikan bahwa Serikat Sabda Allah (SVD) menyanggupi untuk mengambil sebagian wilayah itu, maka Mgr. Luypen mengharapkan agar segera mungkin para misionaris SVD untuk bertugas ke wilayah Indonesia yang di tunjuk itu. Wilayah Indonesia yang di tunjuk adalah bagian Indonesia Timur yakni di Pulau Timor dan Sumba.

    Baca Juga: Mengenal Santo Joseph Freinademetz

    Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa pada saat itu ditunjuklah Pater Piet Noyen SVD sebagai pemimpin. Pater Piet Noyen SVD segera tiba di Batavia pada 4 Januari 1913 dan sempat bertemu dengan Mgr. Luypen SJ, Vikaris Apostolik Batavia. Setelah itu Pater Piet Noyen SVD melakukan kunjungan singkat ke sebuah sekolah Belanda di Muntilan. 

    Setelah kunjungan itu, Pater Piet Noyen SVD kemudian berangkat dari Surabaya ke Kepulauan Timor pada 12 Januari 1913, dan tiba di Kupang pada 18 Januari. Lalu Pater Piet Noyen SVD melanjutkan perjalanan hingga pada tanggal 20 Januari 1913 ia tiba di Pelabuhan Atapupu, Pulau Timor dan pada saat yang sama P. Vander Putten, SY meninggalkan Timor

    Baca Juga: 11 Oktober 1989 Paus John Paul II Ke Ledalero-Ada apa di Maumere?

    Tanggal 27 Januari P. Noyen SVD melanjutkan perjalanan ke Lahurus dan mulai belajar bahasa Tetun.

    Kemudian setelah sembilan bulan di Timor, P. Noyen SVD mendapat 4 imam dan 3 bruder yang dikirim dari Steyl untuk membantunya.

    Kegiatan mereka yang terpusat di Timor berjalan lancar dan mengalami perkembangan pesat dalam karya misinya.

    Pada Tanggal 1 Maret 1913 di Lahurus, dilangsungkan sera terima  misi geraja Katolik Timor dari Serikat Yesuit yang di wakili Pastor Mathjisen SY (pemimpin misi Timor di kala itu) kepada pihak misionaris Serikat Sabda Allah (SVD = Societas Verbi Divini) yang diwakili P. Piet Noyen SVD. Dengan diadakan serah terima ini maka secara definitif P. Piet Noyen SVD mulai berkarya di Indonesia.

    Tanggal 27 Mei 1913, P. A. Mathijsen SY meninggalkan Timor sebagai misionaris Yesuit terakhir.

    Empat bulan kemudian tepatnya pada tanggal 16 September 1913, Kepulauan Nusa Tenggara dipisahkan Takhta Suci dari daerah Vikariat Apostolis Nederland Indie (Jakarta), dijadikan daerah Gerejani tersendiri dengan nama APOSTOLICA PREFEKTURA INSULAE SUNDA MINORES (Perfektur Apostolik Sunda Kecil), yang meliputi Timor, Lombok, Sumba, Sumbawa, dan Bali.

    Selanjutnya setelah pembicaraan oleh Pater Superior SJ Engbers untuk juga menyerahkan pulau Flores kepada Serikat Sabda Allah (SVD), maka untuk merespon ini dikeluarkanya dekrit dari Roma yang menambahkan pulau FLores pada wilayah prefektur Apostolik Kepulauan Sunda Kecil.

    Maka pada tanggal 17 April 1917, tepatnya hari Minngu Palma, dilangsungkan acara serah-terima di Larantuka, sehingga dengan dimikian misionaris Seyl mengambil alih misi di Pulau Flores dari tangan para misionaris Serikat Yesus.  Acara serah terima itu diwakilkan oleh P.W. Baack SVD dan P. Yos Hoeberechts SY. Sejak saat itu Pater Baack menjadi pemimpin di Stasi di Larantuka.

    Artikel Lainnya: Mengenang Pastor Yosef Hoeberechts SY, Peletak Dasar Pendidikan Lembata

    Jika kita melihat pernyataan yang ditandatangani oleh pater Engbers SJ, pada tanggal 21 Juli 1914, secara satu persatu para pater Yesuit akan ditarik dari Flores. Pekerjaan besar yang di hadapi adalah mendatangkan para misionaris SVD untuk mengisi stasi-stasi besar yang mulai di tinggalkan oleh para misionaris Yesuit.

    Di Lembata, Pater Hoeberechts ditarik ke Larantuka pada tanggal 4 Mei 1917. Sehingga dalam tahun 1918 munculah dua tenaga imam SVD yakni P. Karsten dan Br. Vincentius. Sedangkan Pater van Velden SJ sebagai yang terakhir dari misionaris Yesuit di Larantuka, wafat sebagai salah satu korban "penyakit tahun 18" di Larantuka.

    Maka pada tahun 1919 di kirim datang tenaga-tenaga baru untuk misi antara lain: Frater G. van Velzen, Br. Franciscus, Br. Bonifasius, dan Br. Yosef. Menysul lagi P. Yoh. Bouma dan P. Fries. Kemudian sampai lagi satu kelompok lain yakni P. Worstbrock, P. Strieter, P. Haarmann, P. Flint, P. Pressler, dan Br. Bernadus Laan.

    Artikel Selanjutnya: Islam Solor - Antara Lohayong dan Menanga

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Pertanian

    +