Lokasi Benteng Lohayong |
Para ahli sejarah pernah di buat bingung lantaran beberapa
rujukan yang menjadi sumber tertulis menyebutkan bahwa pusat kesultanan Solor Watan Lema itu terpusat di
Lohayong. Sedangkan kalau dilihat bahwa Lohayong sendiri terletak di sebelah
Barat lokasi Desa Menanga, Kabupaten Flores Timur.
Maka dari itu ketika para peneliti ke Desa Menanga, mereka
mendapat kesimpulan bahwa Pusat Pemerintahan para sekutu Solor Watan Lema yakni di Desa Menanga, adalah di suatu lokasi
garis batas antara Kerajaan Lohayong dan Kerajaan Lamakera (Murtadlo, 2017).
Ketika melakukan penelusuran lebih jauh, masalah lain muncul
lagi yakni klaim pusat lokasi Kesultanan Solor
Watan Lema antara pewaris Lohayong dan Menanga. Belum lagi tulisan-tulisan dan penjelasan-penjelasan yang saling
mengklaim antara Pewaris Lohayong dan Menanga. Hal ini memberikan kesan bahwa
ada yang belum terungkap informasi
otentik awal kehadiran Islam di wilayah ini. Namun menurut penuturan bahwa
Islam masuk pertama di Solor dibawa oleh sultan Menanga pada tahun 1613.
Sementara apa bila anda membaca artikel mengenai Di Tanah
Lembata, Mereka Sering Melihat Kejadian Alam Yang Dasyat, maka kita menemukan
kalau Portugis sudah muncul pada tahun1556 di sekitar Lohayong. Catatan
selanjutnya kita mengetahui 3 misionaris Dominikan datang dan menetap di Solor,
mereka itu adalah P. Antonio da Cruz
sebagai pembesar, P. Simao Das chagas, dan Bruder Alexio.
Karena catatan sejarah hanya fokus pada Lohayong maka
timbulah kesimpulan-kesimpulan bahwa Portugis lah penguasa awal Solor, demikian
juga anggapan bahwa katholik telah masuk dulu ke Solor mendahului Islam.
Gambar Ilustrasi Fungsi Pembuatan Benteng Untuk Markas dan Tempat Singgah |
Namun data lain yang dapat kita lihat adalah dari Menanga yang mana masyarakat Menanga meyakini adanya ulama Islam yang datang lebih dahulu, yaitu sekitar abad 13 dengan kehadiran Sayyid Rifaduddin Al Fatih (Jou Imam Patiduri) dari Hadramaut. Bukti fisik dari kehadiran Imam Patiduri ini adalah adanya makam Imam Patiduri di Menanga dan adanya keturunan Imam Patiduri ini hingga sampai sekarang.
Sementara karena posisi Lohayong yang strategis maka, ada
terjadi perebutan wilayah ini sebelumnya oleh Portugis dan Belanda, juga
Kerajaan-kerajaan Islam di Solor setelahnya. Perebutan wilayah Lohayong antara
Portugis dan Belanda terus berlangsung hingga pada tahun 1613. Lohayong
berhasil diambil oleh Verenigde Oost
indische Compagnie (VOC) atau pihak Belanda pada tahun itu. Sedangkan
pembangunan Benteng Lohayong sendiri dilakukan pada tahun 1566.
Pengenalan Singkat
Tentang Suku Solor
Suku Solor disebut juga orang Holo, Solot, atau Ata Kiwan.
Orang Solor berkomunikasi menggunakan Bahasa Solor. Bahasa Solor sendiri termasuk ke
dalam kelompok bahasa Melayu Polinesia atau Austronesia, sedangkan dialek Solor
sendiri terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu dialek Solor Barat, Solor
Pegunungan dan Solor Timur.
Baca Juga: Kerajaan Islam Solor - Pemimpin Persekutuan Solor Watan Lema
Menurut data bahwa pulau Solor terbagi menjadi 3 wilayah kecamatan, yaitu Solor Timur, Solor Barat dan Solor Selatan. Masjid Al huda berada di Kecamatan Solor timur, yang beribu kota kecamatan di Desa Menanga. Kecamatan Solor Timur terdiri dari 17 desa, yaitu: Lamawai, Watohari, Tanah Werang, Moton Wutun, Watobuku, Labelen, Kawuta, Menanga, Lewogeka, Lohayong, Lohayong II, Wulublolong, Lewohedo. Watan hura II, Watan hura, Lebao, Liwo. Lima desa yang terakhir dihuni oleh mayoritas umat Katholik, selebihnya didominasi oleh umat Islam.
Zaman dulu orang Solor mendirikan desa-desa di daerah
perbukitan. Pada zaman Belanda mereka dipaksa untuk berdiam di dataran rendah
dekat pantai. Pola perkampungan mereka memusat kepada rumah persembahan milik
klan patrilineal yang dominan.
Beberapa Peninggalan
Sejarah di Menanga
Salah satu desa adalah Menanga. Desa Menanga ini terdapat
beberapa bekas keberadaan Situs yang menjadi pusat pemerintahan Solor Watan Lema. Jejak-jejak kesultanan
itu dapat kita lihat sebagian pondasi Masjid Sultan Menanga yang didirikan oleh
Syahbudin Al Farisi di dalam benteng Situs Menanga. Selain itu ada pula bukti fisik
yang membuktikan Situs Menanga ditandai oleh Makam Sultan Menanga (Sili
Pertawi), makan Nyai Silih Pertawi, keberadaan benteng Menanga, keberadaan
benteng istana Nyai silih Pertawi, dan juga keberadaan makam penyiar agama
Islam yang lebih dulu, yaitu makam imam Patiduri.
Perlu diketahui mengenai keberadaan Menanga. Karena sangat penting
untuk mengingat mananga adalah tempat kedudukan sultan Menanga. Ia merupakan
pemegang kepemimpinan tertinggi dari Kerajaan Solor Watan Lema, yaitu persekutuan kerajaan Lima Pantai (Lohayong,
Lamakera ,Lamahala, Terong, dan Labala).
Baca Juga : 1 Maret 1913 Pater Piet Noyen SVD - Ada Apa di Lahurus dan Larantuka?
Dahulu di Menanga inilah titik awal perkembangan agama Islam
dengan Solor Watan Lema menjadi
wilayah sebarannya. Sementara itu Lohayong
kemudian dijadikan Portugis sebagai pangkalan dengan dibangunnya benteng
Portugis (1566) dan awal penyebaran katholik di Flores Timur.
Selain Masjid Al Huda Menanga, kita juga bisa melihat
sisa-sisa Benteng Menanga di sekeliling masjid ini. Benteng ini berukuran 125 m
x 140 m atau kurang lebih seluas 17.500 m2. Benteng Menanga lebih
luas dari Benteng Lohayong yang berukuran lebar 46 m dan panjang 58 meter.
Lebar tembok Benteng Menanga itu sendiri kurang lebih 2,5
meter. Dengan benteng sebesar itu, maka Menanga menjadi bukti yang paling solid
dari keberadaan Menanga sebagai pemegang kendali tertinggi dari Solor Watan
Lema yakni Lohayong, Lamakera, Lamahala,
Terong, dan Labala.
Mari kita mengenal bagian-bagian benteng ini, Pertama, benteng
ini memiliki 4 pintu. Masing-masing pintu memiliki simbol dan nama sendiri.
Pintu di bagian sebelah Timur disebut Atto Iku Tora (Anjing yang ekornya berdiri), pintu di bagian
sebelah Barat disebut Wajah Lewo Leran
(Biawak), Pintu di bagian sebelah Utara Gerbang
Ula Kuawala (naga) dan sebelah Timur; Kobu
Lewo Lein (buaya), Kedua, bagian tengah benteng ada alun-alun yang
ditengahnya ada dua titik tumpukan batu yang disebut Nuba.
Menanga, di daerah perbatasan kerajaan Lamakera dan Lohayong
inilah terdapat Benteng jejak pusat persekutuan Solor Watan Lema, sebuah daerah yang menjadi pusat aliansi kekuatan
5 kerajaan pantai (Lohayong, Lamakera, Lamahala, Terong dan Labala) dalam
melakukan perlawanan terhadap penjajah Portugis yang telah berhasil mendirikan
Benteng di Lohayong.
Masih banyak peninggalan sejarah seperti makam para tokoh
Islam di Menanga yang akan di bahas dalam artikel-artikel selanjutnya.
Baca Juga: Kerajaan Islam Solor - Pemimpin Persekutuan Solor Watan Lema