Mengapa Kita harus ke GEREJA ?
Suatu saat seorang Ibu ditanya oleh anaknya:
"Mengapa Ibu selalu ajak kita untuk rajin ke GEREJA, memuji Tuhan, dan mendengarkan khotbah, Mengapa juga kita harus pergi ke gereja, menyembah Yesus, dan mendengar firmannya ? Sedangkan nasib ekonomi kita tetap biasa saja? Ibu tidak berubah menjadi lebih kaya, Ayah juga tidak menjadi lebih terkenal. Nasib kita biasa saja. Apa yang Ibu dan Ayah dapatkan dengan seringnya memuji dan menyembah Tuhan di gereja?
Gambar Gereja St Maria Stela Maris |
Sang Ibu dengan tenang menjawab:
" Anakku kamu benar nak, ayah dan ibu walaupun rajin ke gereja, kita tidak ada mendapat kekayaan materi yang berlimpah. Nasib ibu cukup cukup saja. Walau tidak berlebih tapi ibu juga tidak kekurangan. Ibu dan Ayah ke gereja bukan untuk mengumpulkan harta dunia, bukan untuk tujuan mendapatkan materi berlimpah.
Tapi Ibu dan Ayah Sering ke gereja, yaitu untuk melepas sesuatu. Oleh karena itu, sejak Ibu dan Ayah rajin ke gereja.. kita menjadi banyak kehilangan sesuatu; tetapi ... kamu jangan kawatir . Ibu akan beritahu kepadamu Nak, apa-apa saja yang telah hilang dari Ibu dan ayah ?
Ketahuilah secara Perlahan-lahan dengan praktik merenungkan firman dan ke gereja, Ayah dan ibu telah :
1. Kehilangan Kekuatiran, (sehingga ibu jadi lebih tenang).
2. Kehilangan Kemarahan,( sekarang ibu jadi lebih sabar)
3. Kehilangan rasa tertekan,( ibu jadi lebih Damai)
4. Kehilangan Kekecewaan, ( ibu jadi mudah bersyukur)
5. Kehilangan Sakit Hati, ( ibu tidak lagi ada dendam )
6. Kehilangan Kemelekatan. ( ibu jadi bisa berdana)
7. Kehilangan Ketamakan.( ibu jadi suka menolong)
8. Kehilangan Kebencian.( ibu jadi suka memaafkan)
9. Kehilangan Kesombongan.( ibu jadi rendah hati dan tahu diri).
" Ketahuilah nak, setiap kali setelah Ibu dan Ayah selesai memuji dan menyembah Tuhan, Ibu dan Ayah selalu kembali menjadi tenang, pikiran menjadi lebih damai."
Kita ke gereja untuk Praktik kemurahan, jadi kita ke gereja bukan untuk mencari "apa yang kita ingin dapatkan" tetapi justru kita ingin berlatih "apa yang sebaiknya dapat kita lepaskan" dari kehidupan kita. Melepas adalah praktik berbelas kasih yang luar biasa.
Demikianlah nak, Betapa Pentingnya kita ke gereja.. memuji, menyembah Tuhan, Dan mendengarkan Firman nya maka kita bisa Praktikkan Ajarannya. Janganlah selalu mengukur kebaikan Alam dari "apa yang kita dapat" karena Alam semesta bekerja lewat banyak cara. Berkat tidak selalu identik dengan mendapatkan sesuatu " tapi bisa juga dalam bentuk kehilangan sesuatu" .
Hidup damai karena Kehilangan kekuatiran dan kehilangan kecemasan.. adalah berkat.
Demikianlah Nak, Betapa bermanfaat kita ke gereja. Bisa melepaskan kekuatiran dan derita. Menjadi kuat dan bijaksana.
Yesus Kristus Mulia dan Sempurna.
5 Alasan Kita Bertahan dalam Gereja Sampai Akhir Misa
Meninggalkan gereja sebelum perayaan Ekaristi berakhir? Sebagian dari kita mungkin pernah melakukannya, setidaknya sekali atau dua kali.
Sekarang kita teringat saat kita meninggalkan Gereja sebelum misa berakhir. Kita berjalan perlahan menuju pintu dengan kepala tertunduk seusai menerima Komuni. Kita berjalan meninggalkan gereja sambil berharap semoga tidak ada umat atau pastor yang mengetahui atau menyadari hal itu.
Ada banyak alasan mengapa sebagian kecil umat suka meninggalkan gereja sebelum misa berakhir? Ada yang harus segera pergi keluar kota, ada yang terburu-buru karena urusan keluarga yang mendadak, harus merawat anggota keluarga yang sakit, dan sebagainya. Tetapi mungkin juga ada yang tidak sabar menunggu misa berakhir.
Kita diharapkan bertahan dalam gereja sebelum perayaan Ekaristi berakhir dan kita menjalankannya dengan sukacita. Tetapi mengapa kita mau melakukan hal itu? Apa yang menjadi alasan kita mau bertahan sampai misa berakhir?
Mari kita simak lima alasan berikut.
1. Komuni adalah tentang menyatukan diri
Saat menerima komuni, kita menerima Yesus sendiri. Menerima komuni, memakannya dan cepat-cepat meninggalkan gereja itu seperti kita mengunjungi seorang teman. Di rumah sahabat itu, kita duduk sebentar, asal hadir dan kemudian melompat keluar meninggalkan rumahnya sambil berteriak, “Senang sekali menghabiskan waktu bersamamu, sampai jumpa minggu depan!”
Ingatlah, Komuni itu selalu tentang berkomunikasi dan BERSATU dengan Tuhan dan Juru Selamat kita. Supaya bisa menyatukan diri dengan Dia, kita harus benar-benar menikmati waktu istimewa ini dengan berada dan tinggal bersama-Nya. Kita perlu meluangkan waktu supaya bisa berada dan tinggal bersama Tuhan.
2. Tuhan Selalu Menanti Kita
Sama seperti kita kadang ingin meninggalkan gereja tetapi tidak berani melakukannya karena merasa malu dilihat umat yang lain, kita kadang juga sangat takut datang terlambat karena perasaan yang sama.
Tetapi mengapa kita lebih peduli pada reaksi orang lain? Mengapa kita tidak meninggalkan gereja lebih awal atau tidak datang terlambat ke gereja bukan karena alasan yang lebih mulia selain rasa malu itu? Mengapa kita lebih peduli pada reaksi orang lain?
Kita lupa bahwa Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta, Bapa yang Maha Kasih itu ingin bertemu dengan kita dan ingin kita lebih lama tinggal bersama Dia. Jadi, untuk apa cepat-cepat meninggalkan Dia yang begitu mengasihi kita? Juga untuk apa kita datang terlambat ke gereja padahal Bapa yang Maha Kasih itu tidak sabar menanti kedatangan kita?
3. Misa Bukan Suatu Aktivitas dalam Daftar Harian yang Harus Dilakukan
Mungkin saja saya salah. Tetapi kadang kita melihat ada umat yang merasa lega setelah mengikuti misa. Ada kesan seolah-olah mereka telah selesai melaksanakan salah satu dari sekian banyak kewajiban yang harus dia kerjakan hari itu.
Hadir dalam perayaan Ekaristi itu tidak sekadar melaksanakan salah satu dari sekian kewajiban yang memenuhi daftar panjang Anda. Wajib mengikuti misa memang baik dan bisa menghindarkan kita dari dosa berat. Tetapi jika berhenti di level ini, kita belum menghayati arti perayaan Ekaristi secara tepat.
Hadir dalam perayaan Ekaristi adalah ungkapan nyata dari jawaban kita terhadap panggilan Tuhan. Kita dipanggil Tuhan untuk membangun relasi dengannya, mengundang Dia hadir dalam hidup kita dalam proses kita menuju perbaikan dan kekudusan diri.
4. Berkat Penutup Itu Penting
Pada Hari pembakaran ukupan, Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis, mendapat kehormatan untuk menjalankan tugasnya sebagai imam di tempat Maha Kudus. Itulah hari di mana malaikat mengatakan kepadanya bahwa dia dan istrinya segera punya momongan.
Umat yang hadir di Bait Allah dengan penuh semangat menunggu di luar agar Zakharia memberi mereka berkat setelah dia mempersembahkan ukupan. Ketika Zakharia keluar dan bertemu umat yang hadir, dia ternyata telah menjadi bisu karena ketidakpercayaan dia akan warta malaikat. Tidak adanya berkat yang dia berikan kepada umat telah memperbesar rasa tidak hormat padanya selain dirinya yang juga telah kehilangan suara.
Bayangkan Anda hadir dalam perayaan Ekaristi tetapi Anda pulang tanpa membawa berkat dari imam yang mewakili Kristus yang hadir. Bukankah itu sebuah kerugian besar?
Jangan lupa, imam memberkati kita dengan tangannya yang telah diurapi dan dikuduskan. Tangan itu pula yang mengalirkan berkat Yesus sendiri kepada kita. Berkat penutup itu tidak hanya menguduskan dan menyucikan hari-hari kita, tetapi juga menyertai tugas perutusan kita. Ketika kita menerima berkat, kita juga mengamini utusan Tuhan: “Pergilah, kamu diutus.” Dan kita pergi untuk menghasilkan banyak buah dalam berkat dan kekuatan Yesus sendiri.
5. Anda Mendapatkan LEBIH BANYAK Rahmat
Katekismus Gereja Katolik artikel 1128 menegaskan, bahwa “buah-buah sakramen… sangat bergantung pada disposisi orang yang menerimanya.” Sakramen-sakramen yang kita terima memiliki kekuatan di dalam dan pada dirinya. Kekuatan-kekuatan itu juga yang akan dipancarkan kepada kita ketika kita menerimanya.
Masalahnya, seberapa besarkah kekuatan sakramen itu dapat mengalir dalam jiwa dan hidup kita? Itu sangat tergantung pada disposisi batin dan diri kita.
Ketika kita bergegas meninggalkan gereja padahal misa belum selesai, mungkin saja batin sedang tidak dalam disposisi yang benar, bahwa mengkonsumsi tubuh dan darah Kristus dalam Ekaristi adalah menyambut Kristus sendiri. Mungkin kita datang mengikuti misa tanpa disposisi batin apapun, jadi kita menjadi seperti robot atau patung.
Berkat terakhir akan menguduskan dan mengubah hati kita untuk memiliki disposisi yang tepat supaya bisa menyadari kehadiran Tuhan Yesus dalam hidup kita.