Gereja MaranatHa Oebufu. Foto: 5 Oktober 2014 |
Negeri Paus - Periode dua orang penginjil datang ke Kupang telah memberikan perubahan besar bagi kehidupan jemaat di Timor Barat (Kupang).
Mereka adalah Le Bruijn dan Terlinden yang meninggal karena sakit, namun karya besar dan benih-benih Iman Kristen yang ditanamkan telah tumbuh subur di Timor Barat (Kupang).
Setelah meninggalnya Terlinden maka dikirimkan Heijmering ke Kupang untuk menggantikan posisinya. Di ceritakan bahwa, Heijmering sebenarnya sedang mengunjungi Kupang dan setelah selesai kunjungan itu ia tengah menunggu jadwal kapal ke Surabaya namun karena kekosongan misionaris maka segera Jemaat Kupang menahan dia.
Setelah menahan Heijmering, jemaat itu meminta kepada NZG agar Heijmering sekiranya dapat menggantikan posisi untuk melayani jemaat Kupang. NZG pun mengizinkan Heijmering untuk melayani jemaat Kupang dan mulai bekerja pada tahun 1833.
Pola pelayanan yang diterapkan Heijmering sama dengan Terlinden yakni mengunjungi jemaat di rumah-rumah baik Kristen maupun Non Kristen, melakukan ibadah perjamuan kudus, membaptis, dialog pastoral, memimpin kebaktian, katekisasi, dan kegiatan pelayanan lainnya.
Pola ini terbilang berhasil namun tetap saja ada masyarakat yang tetap menjalankan kepercayaan leluhur, sehingga Heijmering melakukan suatu strategi dengan mendahulukan pendidikan bagi masyarakat, sebab menurut Heijmering pendidikan mempunyai fungsi sebagai penghubung antara kekristenan dan masyarakat lokal.
Dari sinilah mutu pendidikan harus mendapat perhatian yang ekstra. Maka pada tahun 1834, Heijmering bersama dengan Jemaat Kupang menghidupkan kembali Lembaga Bantuan Pekabaran Injil yang sebelumnya dibentuk Le Bruijn pada tahun 1829 yang vakum itu. Pembentukan kembali lembaga ini mempunyai peran penting dalam dunia pendidikan. Kemajuan itu ditandai dengan didirikannya empat sekolah baru pada tahun 1836 dan 1837. Sekolah-sekolah itu sebagai berikut:
- Di Pariti pada bulan Agustus 1836 didirikan sebuah sekolah dengan Petrus Dirk Pello sebagai guru disitu.
- Di Oesao pada bulan November 1836 didirikan sebuah sekolah dengan dua belas murid pertama namun, setelah satu bulan murid menjadi bertambah enam puluh orang.
- Di Oesapa pada bulan Desember 1836 didirikan sebuah sekolah dengan Yohanes Coenrard sebagai guru disitu.
- Di Olio pada bulan Februari 1837 didirikan sebuah sekolah.
Pekerjaan NZG pun menjadi meningkat, sebab sekolah-sekolah baru dan murid-muridnya semakin bertambah. Sehingga Johan Fiedler di tugaskan untuk membantu Heijmering di Kupang. Di tuturkan bahwa keduanya tidak membangun komunikasi yang baik sehingga saling menuding satu sama lain sampai terjadi perselisihan antara mereka.
Perselisihan itu tidak lain adalah mengenai pengelolaan dana NZG. Sehingga Fiedler mengundurkan diri dari tugasnya di Kupang.
Namun ada juga buah pekerjaan Fiedler selama beberapa bulan di Timor Barat (Kupang) ini yakni merintis pendirian sekolah di Oebufu yang kemudian berkembang menjadi jemaat yang kini dikenal dengan nama GMIT Maranatha Oebufu. (Cah/)