-->

12 Desember 1829 Coenrard Terlinden ke Kupang

advertise here
Pemandangan Laut Kota Kupang, 1952. Sumber ANRI
Pemandangan Laut Kota Kupang, 1952. Sumber ANRI


Negeri Paus - Setelah Le Bruijn meninggal dunia, Nederlandsch Zendeling Genootschap mengutus Coenrard Terlinden ke Kupang. Karena di Kupang telah ada jemaat yang ada di beberapa wilayah dan telah didirikan sekolah Belanda dan sekolah Melayu oleh Le Bruijn. Nederlandsch Zendeling Genootschap mengutus Coenrard Terlinden ke Kupang itu setelah tujuh bulan meninggalnya Le Bruijn dan Terlinden sendiri tiba di Kupang pada tanggal 12 Desember 1829. 

Sesampainya di Kupang Terlinden kemudian melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah dan kepada jemaat-jemaat yang ada. Terlinden dikenal sebagai seorang pietis dan sangat mengedepankan prinsip-prinsip pietisme dalam setiap tempat diaman saja berada. Hal ini terbukti ketika Terlinden memecat Yosep Hutueli seorang guru yang mengajar di Sekolah Melayu di Oesapa karena melakukan perbuatan amoral.

Kebijakan Terlinden memecat guru ini mengakibatkan tempat itu harus ditutup. Ketekunan dalam melakukan pelayanan dan memberitakan Injil serta rajin mengunjungi penduduk, baik penduduk yang beragama kristen maupun non-kristen,  membuahkan hasil dengan bertambahnya jumlah orang Kristen. 

Seperti halnya Le Bruijn, Terlinden juga terus melakukan pelayanan kepada jemaat di Kupang, Babau, dan Oesapa sampai tahun 1833. Dan pada akhirnya ia kemudian jatuh sakit dan meninggal dunia.


Beberapa catatan menjelaskan bahwa pada tahun 1831, sebuah sekolah-sekolah yang dikhususkan untuk melatih orang-orang lokal menjadi guru dibuka di Kupang. Pembukaan sekolah ini diharapkan akan semakin memberikan dampak positif terhadap perkembangan Gereja Protestan sehingga NZG menyambut baik hal ini. NZG berpendapat bahwa dengan adanya sekolah, maka beni kekristenan dapat tumbuh subur di ladang penginjilan ini. Mengingat kebutuhan akan guru-guru lokal untuk bisa mengajar di wilayah ini memang sangat mendesak saat itu.


Namun sangat disayangkan bahwa usia sekolah ini hanya mencapai satu tahun.
Sehingga pada tahun 1832 sekolah yang sudah dibangun itu harus ditutup karena D. Douwes yang menjabat sebagai guru sakit dan harus kembali ke Batavia untuk menjalani pengobatan. 

Sedangkan Terlinden sendiri tidak bisa menggantikan posisi Douwes sebagai guru, karena ia juga sudah sangat disibukkan dengan berbagai pekerjaannya dan pelayanan di wilayah penginjilan yang jemaatnya semakin bertambah.