-->

Pua Noteh Raja Ende yang Di Asingkan ke Alor dan ke Kupang

advertise here

 
ENDE Tempo Doeloe 1932 Lokasi di SMEA Lama sebelum di bangun Sekolah Cina
ENDE Tempo Doeloe 1932 Lokasi di SMEA Lama sebelum di bangun Sekolah Cina

Pembaca yang budiman, tulisan berikut merupakan kisah singkat mengenai salah satu raja Ende yang pernah berkuasa pada tahun 1886 sampai 1909. Apabila anda membaca artikel sebelumnya mengenai salah satu Raja Ende yang begitu fenomenal yakni Jari Jawa, maka anda akan menemukan perjuangan Jari Jawa yang menentang Protugis di tanah Ende. Jari Jawa yang kemudian dijadikan Raja Ende itu, merupakan salah satu orang berpengaruh karena ia merupakan putra kerajaan di Palembang yang masih bersaudara dengan Raden Patah. 


Portugis yang notabene datang dari Malaka ini, kemudian hari sangat di tentang oleh orang-orang Ende. Tentu saja tidak ada hubungan dengan pembunuhan seorang misionaris katolik Tahun 1601 P. Alvara, ketika sedang melakukan pelayaran dari Paga ke Jopu. Ketika itu ia diserang oleh perampok-perampok (Ende) dan di buang ke laut. Jika anda membaca beberapa artikel lain dalam Blog ini mengenai penyebaran katholik di Lembata-Lamalera, maka anda akan menemukan catatan pembunuhan itu.


Baca Juga: Di Tanah Lembata, Mereka Sering Melihat Kejadian Alam Yang Dasyat


Kemudian pada saat Pua Noteh menjadi raja pada tahun 1886, saat itu lebih banyak aktifitas oleh Kompeni Belanda di Ende. Belanda memainkan peranan perdagangan di daerah itu setelah pendudukan Portugis, namun ceritanya berbanding terbalik dengan Kesultanan Menanga di Solor yang pimpin Oleh Kaicili Pertawi. 

Mengapa? Karena Kaicili Pertawi menjalin kerja sama dengan Belanda (V0C) untuk mengusir Portugis. Namun di Ende sendiri, kehadiran Belanda kemudian ditentang oleh kepala-kepala suku di Ende yang harus tunduk pada Belanda. Oleh karena itu meskipun Raja Pua Noteh diakui sebagai Raja Ende pada saat itu, dia tidak dengan mentah-mentah menjalin kerja sama dengan dengan Belanda. Hal ini dapat kita ketahui pada  tahun 1887 sampai 1891 Bharanuri melakukan pemberontakan kepada belanda, lalu Mari Longa juga melakukan pemberontakan dua tahun kemudian setelah Bharanuri.


Bola panas pemberontakan ini sengaja dimainkan oleh Belanda dengan sangat apik. Belanda menuduh Pua Noteh membiarkan pemberontakan oleh kedua kepala suku ini terhadap kepentingan Belanda dan mengatakan kalau dengan pemberontakan ini saja dapat dijadikan alasan untuk menangkap kedua kepala suku itu. Namun, Raja Ende ini tidak melakukan penangkapan. 


Dari pernyataan Belanda ini, membuat posisi Pua Noteh menjadi tersudutkan. Sebab rakyat menganggap Pua Noteh membela pihak Belanda. Dari sinilah kepercayaan rakyat mulai menurun akan kepemimpinan Pua Noteh. Akibatnya Pua Noteh diturunkan dari jabatanya sebagai raja dalam sidang para kepala suku, dan kemudian kerajaan dalam kendali Nou Tombu selama tiga bulan.


Dari sini kita dapat mengetahui catatan lanjutan bahwa pada tahun 1909, Pua Noteh kemudian dibuang ke Pulau Alor kemudian berpindah ke Kupang sebagai tahanan politik.


Pua Noteh pun meninggal pada tahun 1918, sembilan tahun kemudian dalam pembuangannya dan di kuburkan di Kupang tepatnya di Batu Kadera. Pua Noten ini mempunyai 3 orang anak  yakni Abu Bakar, Abdurahman, dan Abdul Madjid. Namun mereka masih kanak-kanak saat ayah mereka diturunkan, maka kepemimpinan di gantikan oleh saudara ayah mereka yakni Pua Menoh setelah tiga bulan kepemimpinan Nou Tombu. 

Sekian singkat mengenai Kerajaan Ende masa Raja Pua Noteh.