-->

Dimana Posisi Gunung Hobal-Lembata?

advertise here

Dimana Posisi Gunung Hobal di Lembata?

Ile Hobal
Gambar Ilustrasi Gunung Api Bawah Laut


Lokasi Ile Hobal yang merupakan anak gunung Ile Werung yakni secara Geografis berada pada 8º22′26" LS dan 123º35'26" BT. Lokasi gunung ini secara Administrasi berada di Kec. Atedai, Kab. Lembata, Nusa Tenggara Timur, P. Lembata (nama lain P. Lomblem). Menurut data yang kami kutip dari web badan geologi pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi, gunung Hobal ini merupakan tipe gunung api di bawah laut dengan ketinggian yang tidak diketahui.

Tidak banyak data mengenai gunung ini. Karena lokasinya yang berada dibawah laut, maka potensi wisata di sekitar G. Hobal adalah pemandangan pantai yang dipadu dengan fenomena gunungapi bawah laut, serta sekitarnya berupa jajaran Ile Gripe dan Ile Werung.

Informasi lainnya yang dapat kami peroleh bahawa letak gunung Hobal ini sekitar 200 meter dari pesisir pantai Waiteba, pantai yang disapu gelombang tsunami bulan Juli 1979. Musibah tsunami tersebut menenggelamkan separuh dari wilayah bekas ibu kota Kecamatan Atedai, bersama ratusan penghuninya.

Sebelum G. Hobal meletus sekitar 1970-an, puncaknya muncul diatas permukaan laut saat air surut. Namun saat terjadi pasang, gunungapi itu kembali tenggelam. Namun saat ini, saat air surut pun gunung tersebut tidak terlihat, kemungkinan puncaknya sudah tergerus gelombang laut. Letusan Gunung Hobal terkahir terjadi pada tahun 1999, saat itu hembusan asap putih keluar dari permukaan laut setingi ±100 meter.

Cerita mengenai tahun 1979 adalah merupakan tahun yang tak terlupakan bagi warga di pesisir selatan Atadei. Diamana pada tanggal 18 Juni 1979, kira-kira pukul 00.20 Waktu Indonesia Tengah, begitu besar gelombang tsunami yang tiba-tiba datang menghantam pesisir Teluk Waiteba. Sebelum tsunami itu, ada longsoran tanah yang mendahuluinya di atas lereng bukit sehingga menimbun setidaknya empat desa disekitarnya. 

Beberapa sumber mengutip pernyataan Gubernur Nusa Tenggara Timur saat itu, yakni Aloysius Benedictus Mboi (Ben Mboi), menyebutkan tsunami telah menewaskan 539 orang. Dengan sebagian terkubur dan tidak diketahui lagi akibat material longsor yang menimpa empat desa tersebut.

Beberapa peneliti seperti Raphael Paris dkk, menyebutkan jumlah korban yang meninggal dan hilang maupun luka-luka mencapat 550 sampai 1200 jiwa. Menurut laporan hasil peninjauan bencana alam di selatan Pulau Lomblen, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur pada tahun 1979 oleh Joedo D. Elifas, mengungkapkan bahwa tsunami yang menghantam pesisir selatan pulau Lembata itu berjarak sepanjang 50 kilometer dari Teluk Labala di bagian barat hingga Teluk Waiteba ke Timur. 

Dalam observasi itu ia menemukan jejak sampah di ketinggian tujuh meter yang tersangkut di pohon lontar. 

Gelombang tinggi juga dilaporkan mencapai hingga ke Lamalera. Karena garis pesisir selatan Pulau Lembata berupa teluk dan semenanjung, maka menurut observasi ini tsunami muncul setelah ada gerakan massa tanah di antara kampung Atalojo dan Bauraja. 

Gambar Ilustrasi Gunung Bawah Laut
Gambar Ilustrasi Gunung Bawah Laut


Wilayah daerah longsor terletak di kawah tua kawasan Ile Werung. Dikutip dari Trito.id bahwa dimensi longsoran adalah 3000 meter panjang x 300 meter lebar x 50 meter tebal dan sepertiganya jatuh ke laut. 

Jika kita membaca katalog Tsunami Indonesia Tahun 416-2017 (PDF) yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan air masuk ke darat sejauh 400 sampai 500 meter dan menerjang bukit setinggi 10 meter.

Mengutip dari jurnal di tulis Oleh Jonatan Lassa bahwa terdapat kontroversi analisis sebab terjadinya Tsunami 1979 di Waiteba, Lembata. Ada yang berasumsi bahwa tsunami tersebut merupakan akibat dari meletusnya Gunung Hobal atau Ili Hobal yang berada bawah laut. Kutipan Jurnal itu sebegai berikut; Berbagai sumber lain mengatakan bahwa puncak Ile Hobal muncul tahun 1970, ada yang mengatakan muncul tahun 1973 (Jeffery 1981), ada juga yang mengatakan bahwa ia muncul 1974. 

Yang menarik dari tuturan masyarakat terhadap Jeffery adalah bahwa tahun 1976 gunung Hobal ini pernah meletus dan menyebabkan tsunami namun tiada korban jiwa karena terjadi pada siang hari. Untuk peristiwa 1979, terjadi tiga kali hempasan tsunami yang diikuti oleh longsoran lalu kemudian menghilang moncongnya. Hobal kategorinya tetap sebagai gunung api bawah laut (sub-marine volcano).  

Namun tulisan-tulisan berbahasa Indonesia tidak menjelaskan secara detail tentang Ile Hobal dan relasinya dengan tsunami Waiteba 1979 dan beberapa menyebutkan longsoranlah yang mentrigger terjadinya tsunami. Elifas dalam junalnya (1979) mengatakan bahwa  beberapa catatan-catatan Meteorologi dan Geofisika tidak menunjukan terjadi aktifitas gempa apapun yang berpusat disekitar NTT tanggal 16-17 Juli 2009. 

Tim Vulkanologi Bandung juga tidak menemukan kegiatan gunung api disekitar Lembata. Karena itu disimpulkan bahwa tsunami Lembata 1979 diakibatkan oleh longsoran yang meluas atau tepatnya gerakan massa tanah antara kampung Atalojo dan Bauraja. 

Dimensi massa tersebut adalah 3000m panjang x 300m lebar x 50m tebal. Diperkirakan 1/3 massa tanah tersebut jatuh ke laut dan menimbulkan tsunami. Dengan demikian laporan in matching dengan laporan Jeffery 1981 bahwa Waiteba tenggelam akibat lumpur dan tsunami. Namun laporan Elifas oleh penulis dinilai lebih berdasarkan pada analisis fisik yang lengkap. Namun Elifas (1979: 8, 11) kembali mengatakan bahwa secara kronologis, longsoran tersebut diakibatkan atau didahului oleh tsunami (yang sebabnya tidak diketahui, sehingga perlu dikaji lagi).