-->

Kisah Reint Le Bruijn 1820 - Perkembangan Iman Kristen Protestan di Kupang

advertise here
Sekelompok pria Timor di teras gedung kamp Cina di Timor Barat. Sumber: FB Grup NTT dalam Sejarah
Sekelompok pria Timor di teras gedung kamp Cina di Timor Barat. Sumber: FB: Karl F. Z. Mekeng; Grup FB; NTT dalam Sejarah

Di Kota Rotterdam, Belanda didirikan sebuah badan misi  pada tahun 1798 dengan tujuan adalah untuk memerintahkan Injil dan menanamkan agama Kristen yang benar ke dalam hati manusia ke seluruh dunia. Misi itu diberi nama Nederlandsch  Zendeling  Genootschap (NZG).


Khususnya diwilayah Nusa Tenggara Timur sendiri NGZ mulai menjalankan kegiatan misi pada tahun 1820 dengan mengirimkan Reint Le Bruijn ke Timor Barat (Kupang). Sesampainya di Timor Barat ini Reint Le Bruijn melihat betapa jemaat ditinggalkan begitu saja tanpa ada pelayanan sakramen, pendidikan sekolah minggu, kebaktian yang berkesinambungan. Dan jemaat pun hidup tanpa ada Alkitab Perjanjian Baru yang utuh. Selain itu diperparah dengan kondisi bangunan gereja yang runtuh sejak beberapa tahun yang lalu yakni pada tahun 1795. Kondisi yang sangat memprihatinkan di Timor Barat ini menjadi catatan penting untuk perubahan dan pemberdayaan agar perkembangan jemaat Kristen di wilayah ini dapat terorganisir dan terdidik dengan baik mengingat beberapa catatan terakhir kunjungan pendeta di wilayah ini pada tahun 1802. Kita bisa membayangkan betapa jemaat di Kupang tidak ada pelayanan selama delapan belas tahun.


Maka Le Bruijn pun bersurat kepada NZG pada tanggal 31 Juli 1820, dengan mencatut poin-poin yang menjelaskan suatu upaya perubahan dengan berdiskusi dan mendengarkan jemaat. Dari kegiatan sederhana ini diharapkan agar jemaat bisa aktif kembali dalam kegiatan gereja dan keagamaan lainnya.

Jadi setelah tibanya Le Bruijn dan mulai melakukan kegiatan dengan jemaat, kondisi jemaat juga semakin membaik. Maka selanjutnya Le Bruijn mulai melakukan perencanaan pendirian jemaat dan sekolah di Babau yakni 20 Km ke arah Timur Kupang. Kemajuan ini ditandai juga dengan didirikannya gedung kebaktian Jemaat Kupang. Selanjutnya pada tahun 1822 didirikan sekolah yang menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa Pengantar ini berarti sekolah ini adalah sekolah Belanda dan dan sekolah Melayu, sekolah yang menggunakan bahsa Melayu sebagai bahasa pengantar dengan Le Bruijn sebagai guru di kedua sekolah ini. Kemudian dua tahun kemudian tepatnya tahun 1824 Lukas Pattinasarani di tempatkan di sekolah Melayu sebagai guru menggantikan Le Bruijn.


Dengan adanya sekolah ini, maka dianggap baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan, kesejahteraan guru, dan lainnya. Oleh karena itu maka didirikan suatu lembaga untuk itu dan sekaligus mendukung NGZ di Keresidenan Timor. Lembaga itu adalah Lembaga Bantuan Pekabaran Injil yang dipimpin Jacobus A. Hazaart sebagai ketua dan J. M. Tielman sebagai sekretaris.


Beberapa catatan menjelaskan bahwa selanjutnya pada tahun 1824 sampai 1825 sekiranya ada dua jemaat baru beserta lima sekolah di Kupang telah berhasil didirikan. Dua jemaat baru itu adalah Babau dan Oesapa. Ini merupakan pencapaian karena telah ada pada tahun itu tiga jemaat yang tersebar di wilayah ini yakni di Kupang, Babau dan Oesapa. 


Dari catatan itu diketahui bahwa sekolah Belanda di Kupang yang dipimpin oleh Le Bruijn telah memiliki 26 orang siswa, sedangkan sekolah Melayu di Kupang memiliki 78 siswa yang dipimpin oleh Lukas Pattinasarani. Ada juga sekolah untuk anak-anak budak di Kupang yang dipimpin oleh Le Bruijn dan kemudian digantikan oleh Silvianus.

Sekolah Melayu di Babau memiliki 52 siswa dan dipimpin oleh Dominggus Sahertian dan sekolah Melayu di Oesapa memiliki 33 murid dan dipimpin oleh Josep Hutueli. 


Dari usaha dan pencapaian ini maka tidak mengherankan jika jumlah jemaat di Timor Barat bertambah menjadi 600 orang. Dapat dirincikan sebagai berikut yakni dua ratus orang merupakan anggota Jemaat Babau dan sisanya merupakan anggota Jemaat Kupang dan Oesapa.


Le Bruijn sendiri terus menjalankan misi di Timor Barat hingga tahun 1829 sebelum akhirnya jatuh sakit dan meninggal dunia. Menurut catatan bahwa tujuh  bulan  kemudian  NZG  mengutus  Coenrard  Terlinden  ke  Kupang  untuk  menggantikan posisi Le Bruijn. Ia tiba di tempat ini pada 12 Desember 1829.


Sekian Kisah Le Bruijn menjalankan misi penyebaran Kristen Protestan di Kupang.


Sumber:


Jacob. 2021. GEREJA PROTESTAN DI TIMOR BARAT PADA MASA NEDERLANDSCH ZENDELING GENOOTSCHAP, 1820-1860: Suatu Kajian Mengenai Sejarah dan Bentuknya. Jurnal Theologia In Loco. Vol. 3. Hal. 19-42. 

Wahyudi dkk,.2018. Pengabdian dalam Pengasingan; Kisah Depati Amir di Kupang Pada 1851-1869. IKT

Sumber Foto: https://web.facebook.com/photo/?fbid=1074736130009371&set=g.119903876967183