-->

Pengujian Kadar Air Benih-Laporan Praktikum

advertise here
Editor: Silverius

Laporan Praktikum Pengujian Kadar Air Benih

Gambar Benih Labu Kuning, Salah Satu Tanaman Hortikultura yang Cocok Tumbuh di NTT
Gambar Benih Labu Kuning, Salah Satu Tanaman Hortikultura yang Cocok Tumbuh di NTT


Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui cara pengujian kadar air benih.

Dasar Teori

Pengujian kadar air benih merupakan rasio dari kandungan air yang ada dalam  benih terhadap bobot benih. Kandungan air biasanya dinyatakan dalam persen.

Menurut Amira (2010), kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. Kadar air dalam benih memiliki peran besar terhadap benih selama penyimpanan, karena penyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi sangat berisiko akan mundurnya benih selama dalam masa penyimpanan. Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang dinilai oleh BPSB dalam sertifikasi benih sehingga uji ini merupakan satu pengujian rutin para analisis benih di laboratorium benih. Hal ini menyangkut daya kecambah benih pada masa aklimatisasi. 

Menurut Sutopo (2006), kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam benih. Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap viabilitas benih. Oleh karena itu pengujian terhadap kadar air benih perlu dilakukan agar benih memiliki kadar air terstandar berdasarkan kebutuhannya.

Makin tinggi kandungan air benih makin tidak tahan benih tersebut untuk disimpan lama. Untuk setiap kenaikan 1 % dari kandungan air benih maka umur benih akan menjadi setengahnya. Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih antara 5 dan 14 %. Karena dibawah 5 % kecepatan menua nya umur benih dapat meningkat disebabkan oleh autoksidasilipid di dalam benih. Sedangkan diatas 14 % akan terdapat cendawan gudang yang merusak kapasitas perkecambahan benih (Hong dan Ellis 2005).

Manfaat dari pengujian kadar air benih adalah untuk mengetahui seberapa besar kandungan air yang terkandung di dalam benih tersebut. Dengan pengujian ini tentu tidak lepas dari kualitas perkecambahan, viabilitas, dan vigor benih saat perkecambahan. Karena sebelum proses imbibisi air ke dalam benih sebelum perkecambahan benih ditentukan terlebih dahulu oleh kandungan awal air yang ada di dalam benih tersebut.

Alat dan Bahan

Alat dan Bahan Yang digunakan dalam praktikum ini adalah Oven, cawan petri, oven, timbangan cawan kosong, wadah.

Prosedur Kerja

  1. Oven cawan untuk memastikan cawan telah kering (100C)

  2. Timbang cawan kosong tersebut dan berilah tanda dengan simbol A (gr)
  3. Ambil benih dalam wadah dan timbang misalnya 10 gram berilah tanda dengan simbol B (gr)
  4. Oven benih  pada suhu 1030C selama 17 jam sampai bobot benih stabil.
  5. Ambilah cawan berisi benih dan letakan dalam desikator selama 15 menit agar benih dan wadahnya dingin
  6. Timbang cawan berisi benih dan berilah tanda dengan simbol C (gr)
  7. Hitunglah kadar air benih dengan menggunakan rumus:
KA = (B-A) - (C-A) x 100%
                (B-A)

Keterangan:
KA          : Kadar air benih (%)
A            : Berat Cawan (gr)
B            : Berat Cawan (gr) + Berat Benih (gr)
C            : Berat Cawan (gr) + Berat Benih Setelah Oven (gr)

Hasil dan Pembahasan

Hasil

Berat cawan setelah oven = 40,5 gr
Berat cawan tambah benih = 50,5 gr

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kadar Air Benih

Ulangan

Berat 

cawan A (gr)

Berat Cawan + 

Berat Benih Awal B (gr)

Berat Cawan + 

 Berat Setelah

 Oven C (gr)

Kadar Air (%)

I (C1)

38,30

48,33

47,40

9,27

II (C2)

38,00

48,00

47,00

10,00

III (D1)

40,50

50,50

49,60

9,00

IV(D2)

37,00

47,00

46,10

9,00

Rata-Rata

38,45

48,46

47,53

9,32

Sumber: Praktikum Lab. Tanah dan Air Politani Kupang

Pembahasan

Pada praktikum ini, kami melakukan pengeringan cawan dengan bantuan oven. Setelah mengeringkan kami menggunakan timbangan analitik untuk mengukur berat cawan kosong setelah oven diperoleh hasil sebagai berikut; untuk Ulangan I (UI) (C1), berat cawan adalah 38,30 gram, U2 (C2) sebesar 38,00 gram, U3 (D1) sebesar 40,50 gram, U4 (D2) sebesar 37, 45 gram sehingga diperoleh rataan 38,45 gram.

Kemudian kami meng oven benih pada suhu 103 derajat celcius selama 17 jam mulai pukul 13.45 sampai 08.00 WITA. Setelah itu kami mengukur dengan menggunakan timbangan analitik diperoleh berat cawan dan berat benih awal yaitu: untuk Ulangan I (UI) (C1) diperoleh 48,3  gram, U2 (C2) sebesar 48,00 gram, U3 (D1) sebesar 50,50 gram, U4 (D2) sebesar 47, 000 gram sehingga diperoleh rataan 48,46 gram.

Selanjutnya kami mengambil cawan yang telah di oven bersama benih tersebut lalu kemudian di dinginkan dalam desikator selama 15 menit. Setelah itu, kami mengukur berat cawan dan berat benih setelah oven diperoleh hasil yaitu: untuk Ulangan I (UI) (C1) sebesar 47,4 gram, U2 (C2) sebesar 47,00 gram, U3 (D1) sebesar 49,60 gram, U4 (D2) sebesar 46,1 gram sehingga diperoleh rataan 47,53 gram.

Setelah itu kami mengukur kadar air dengan menggunakan persamaan yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil untuk Ulangan I (UI) (C1) 9,27 %, U2 (C2) sebesar 10 %, U3 (D1) sebesar 9%, U4 (D2) sebesar 9% sehingga diperoleh rataan 9,32%.

Simpulan

Dari Praktikum ini dapat diketahui bahwa makin tinggi kandungan air benih makin tidak tahan benih tersebut untuk disimpan lama. Untuk setiap kenaikan 1 % dari kandungan air benih maka umur benih akan menjadi setengahnya. Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih antara 5 dan 14 %. Karena dibawah 5 % kecepatan menua nya umur benih dapat meningkat disebabkan oleh autoksidasilipid di dalam benih. Sedangkan diatas 14 % akan terdapat cendawan gudang yang merusak kapasitas perkecambahan benih (Hong dan Ellis 2005).

Pustaka

Amira 2010. Pengukuran Kadar Air. https://negeripaus.blogspot.com,  Diakses pada tanggal 21 November 2021 pukul 8.00 WITA.

Hasanah, M  dan D Rusmin 2006. Teknologi Pengelolaan Benih Beberapa Tanaman Obat Di Indonesia. Balai Penelitian Pangan dan Obat. Jurnal Litbang Pertanian. Volume 25 (2) : 68 – 73. Bogor.

Heuver M 2006. Introduction to Seed Testing . IAC Wageningen. The Netherlands.
Kuswanto H 2007. Analisis Benih. Kanisius. Yogyakarta