Usai perhelatan demokrasi, selalu saya suasana gonjang-ganjing dalam masyarakat masih terasa.
Dinamika dala suatu ruang yang lebih kecil amat terasa dan berefek dalam segala segi kehidupan bermasyarakat.
Pertarungan suatu perpolitikan memang selalu akan menciptakan suasana baru dan berdampak pada terhambatnya pembangunan baik manusia maupun infrastruktur. Saya mencium ada upaya membangkang terhadap pemerintah.
Oknum ini saya menyebutnya sebagai Demagog. Mengapa saya menggunakan istilah itu?
Pertama, Seorang Demagog memang selalu mencari Kambing Hitam atas segalah masalah, sehingga timbul kebencian terhadap oknum yang lainnya dan selalu ditumbuhkan dan diperdahsyat identitasnya.
Kedua, Seorang Demagog dalam berargumen selalu Ad Hominem (menyerang pribadi orang) dalam segalah argumennya penuh kebencian.
Ketiga, Seorang Demagog lihai dalam membuat skematisasi dengan menyederhanakan gagasan atau pemikiran agar bisa memiliki pengaruh atau evektifitas sosial sehingga bisa menjadi sebuah opini dan keyakinan.
Menurut National Isntitite Of Mental Health di Amerika merilis, ada 38 dari 100 (seratus) orang diantaranya adalah demagog.
Saat ini kita ketahui pemerintah pusat berupaya menggerakan influenser untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak terpengaruh terhadap isu-isu sosial yang ditimbukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Sepeti yang saya uraikan sebelumnya bahwa, orang Demagog muncul usai perhelatan politik. Upaya pihak yang bertanggung jawab agar menjaga stabilitas kehidupan masyarakat yakni pendekatan yang intens, pengarahan dalam setiap forum terbuka, merangkul kembali, menjalin fraternitas dengan lawan politik agar tidak terjadi gejolak lagi usai perhelatan.
Seharusnya sebagai warga yang baik yang memahami akan langkah-langkah yang diambil oleh pihak yang bertanggungjawab, harus mampu berdamai dengan diri sendiri dan sesama sebagai teman seperjalanan. Jadi, perlu kesadaran yang tinggi pada diri kita sendiri.
Semua warga negara mempunyai kesempatan yang sama dalam konstitusi, namun segelintir orang yang saya sebut sebagai Demagog ini cenderung masih tetap pada pendiriannya dan masih terjadi penjegalan-penjegalan atas atas segalah perintah. Memang tidak semua orang mempunyai pemahaman yang sama hal ini karena faktor sumber daya manusia atau juga faktor pendidikan seseorang. Namun justru orang yang dianggap paham membuat situasi menjadi rumit.
Apa Penyebabnya itu?
Saya melihat ada ada beberapa faktor:
1. Kecemburuan, dimana seorang demagog tidak mempunyai akses dalam suatu bagian tertentu.
2. Balas Dendam, faktor ini juga mempunyai pengaruh besar. Hal ini biasanya terjadi karena ketidak puasan seseorang atas perilaku seseorang lainnya yang pernah dibuat atas dirinya.
Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman dan kematangan dalam berpolitik, penguatan pemahaman moral politik, dan etika politik dimana dapat ditingkatkan dengan sosialisasi. Selain itu dilakukan komunikasi yang intens dari pihak atas ke pihak bawah mengenai konstitusi, dan konsekuensi apabila menyimpang.
Apabila perlu, pihak yang memerintah membuat suatu peraturan jika itu memungkinkan untuk menjaga keselamatan dalam kehidupan bermasyarakat.
Upaya yang saya anggap perlu dalam menekan Demagog adalah:
1. Selalu menjelaskan tentang pentingnya kebersamaan atau gotong royong yang dilandaskan pada kearifan lokal dan konstitusi.
2. Memberikan sangsi kepada yang melanggar apabila sudah ada peraturannya.
3. Harus ada komunikasi yang humanis dan kerjasama dengan berbagai unsur.
Terima kasih.