BUNG HATTA DAN BUKU
Reaksi keras atas pengasingan Sukarno ke Ende membuat Bung Hatta ditahan di penjara Glodok selama satu tahun. Namun selama dalam tahanan bung Hatta bisa menulis sebuah buku berjudul "Krisis Ekonomi dan Kapitalisme" dimana dari buku ini Hatta memperoleh sedikit pemasukan.
Januari 1935 bung Hatta dan kawan-kawannya dibuang ke Tanah Merah, Boven Digul. Hanya satu peti pakaian yang dibawa bung Hatta ke tempat pengasingan. Tapi buku yang diangkutnya sebanyak 16 peti.
Mohammad Bondan, penghuni Digul yang sudah datang lebih dulu sempat bertanya "Bung kesini mau dibuang atau mau buka toko buku?". Bung Hatta masih sempat menyurati teman-temannya, termasuk yang ada di Belanda untuk mengirim buku-buku untuk dirinya maupun buku pelajaran untuk anak-anak di Digul.
Setahun kemudian Hatta dipindahkan ke Bandaneira. Kembali dia memboyong buku-bukunya ke tempat pengasingan yang baru. Bung Hatta tidak bisa dipisahkan dengan buku. Dia pernah berkata "Selama ada buku aku bisa tinggal dimana saja".
Kedatangan balatentara Jepang tahun 1942 membuat bung Hatta dan kawan-kawannya dipulangkan ke Jawa. Terjadi keributan menjelang kepulangan tersebut. Sjahrir ingin membawa enam anak angkatnya ke Jawa. Namun "Oom Kacamata" setuju kalau ada sisa tempat setelah buku-bukunya terangkut. Sjahrir kesal karena buku lebih diutamakan daripada anak-anak itu.
Akhirnya terjadi kesepakatan: ada buku yang ditinggal dan anak yang menjaganya. Des Alwi Abu Bakar akhirnya mengalah tidak berangkat dan menjaga buku-buku yang ditinggalkan.
Memenuhi janjinya untuk menikah usai Indonesia merdeka, pada 18 November 1945 bung Hatta menikahi Rahmi, putri sulung Abdul Rachim kawan dekat Bung Karno. Kembali bung Hatta "membuat ulah" dengan memberikan maskawin sebuah buku yang ditulisnya, berjudul "Alam Pikiran Yunani". Yuke, demikian panggilan Hatta kepada Rahmi pun harus rela menjadi isteri ketiga Hatta. Isteri pertama Hatta adalah Sajadah, kedua buku dan Rahmi isteri ketiga.
Saat ditawan Belanda ke Bangka usai Agresi Militer II, bung Hatta menulis surat kepada Rahmi. Tapi yang ditanyakan bukan persediaan beras atau keadaan putri sulungnya yang masih bayi, melainkan menanyakan apakah buku-bukunya dirawat dengan baik atau tidak.
Dengan jumlah bukunya yang ribuan, Hatta hafal letak-letak dan urutannya. Saat pindah dari rumah dinas ke rumah pribadi, yang ditugasi mengangkut dan menyusun kembali buku-buku itu adalah Muthalib, supir keluarga. Tanpa sengaja ia meletakkan sebuah buku dengan posisi terbalik. Melihat itu, bung Hatta mengomel "Lib, orang itu tidak berjalan dengan kepalanya".
Saking sayangnya dengan buku, suatu saat seorang keponakannya meminjam bukunya dan melipat salah satu halaman. Ketahuan oleh bung Hatta, sang keponakan diminta membelikan buku serupa untuk mengganti. Saat Meutia, putrinya berulang tahun ke 30, Bung Hatta memberikan hadiah buku "History of Java" karangan Raffles terbitan tahun 1817.
Gambar Bung Hatta |
Gemala Hatta mengatakan sampai akhir hayatnya, bung Hatta tidak mempunyai deposito, tapi ada 30.000 buah buku yang disimpan di perpustakaan pribadinya.[Negeripaus.blogspot.com]
Sumber
1.Buku "Untuk Republik" Kisah-kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa
2.https://www.ruangguru.com/blog/cerita-bung-hatta
Keterangan foto: bung Hatta bersama buku-bukunya