-->

RENUNGAN KATOLIK: BUKAN SEKEDAR TAMBAL SULAM 2 SEPTEMBER 2022

advertise here
BUKAN SEKEDAR TAMBAL SULAM
2 SEPTEMBER 2022
Renungan Katholik
Gambar Ilustrasi


Pst. Agustinus Sudarno, OSC

Luk. 5: 33-39

Murid-murid Yohanes datang kepada Yesus dan berkata: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Yesus menjawab,“Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”

Berpuasa mengungkapkan dukacita karena dosa. Berpuasa juga berguna untuk mendisiplinkan diri terhadap dosa – yaitu, untuk melawan dosa di dalam kehidupan kita. Berpuasa itu sangat berguna, tetapi tidak pada waktu Yesus sedang bersekutu dengan murid-muridnya. Puasa bukan masalah tidak makan dan minum.

Kemudian Yesus berkata, “Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Kain yang baru belum pernah susut, karena itu apabila ditambalkan pada baju yang lama, kain yang baru itu akan susut dan mengoyakkan yang lama.” 

Apa makna kain yang lama? Menurut Rasul Paulus (Ef. 4:22) menjadi Kristen berarti bahwa kita harus menanggalkan pakaian yang lama atau kehidupan yang lama, dan mengenakan yang baru yaitu, mengenakan Kristus. Dengan kata lain, menjadi seorang Kristen bukan berarti menambalkan beberapa cerita Injil kepada manusia lama itu; bukan berarti menambahkan sedikit iman kepada karakter dan sifat kita yang lama. Menjadi Kristen itu bukan sekedar tambal sulam.

Menjadi seorang Kristen berarti suatu perubahan yang menyeluruh di mana kita menanggalkan yang lama dan mengenakan manusia yang baru. Justru itulah yang dimaksudkan Paulus di 2 Korintus 5:15-17, menjadi seorang Kristen berarti menjadi suatu ciptaan baru. Menjadi seorang Kristen bukan menambahkan sedikit agama kepada manusia lama, tetapi menjadi manusia yang baru. Melalui manusia baru inilah kemuliaan dan kuasa Yesus diperlihatkan.

Mungkin kita bertanya mana lebih menakjubkan – mengubah air menjadi anggur, atau mengubah seorang berdosa menjadi seorang kudus? Kedua-duanya mengagumkan tetapi mengubah seorang berdosa menjadi seorang kudus jauh lebih berarti. Perubahan air menjadi anggur dimaksudkan perubahan seluruh karakter dan kehidupan kita. Jadi menjadi Kristen berarti kita diharapkan memiliki karakter Kristus.

Jika kita telah mengalami kuasa Allah yang mengubah kehidupan kita, kita sedang dalam proses untuk mengenal Dia. Menjadi seorang Kristen tidak berarti menambahkan sedikit agama atau iman ke dalam kehidupan kita. Mungkin ada orang berkata,”Hidupku masih kosong dan sepi. Saya belum beragama. Dan saya masih mengikuti tradisi nenek moyong, sekarang aku akan mengambil sedikit saja cara-cara hidup Kristen.” 

Yesus berkata, “Jangan melakukan itu. Jika kamu melakukan itu, kamu akan bertambah buruk pada akhirnya. Kamu akan bertambah terpuruk. Keadaan kamu yang terakhir akan lebih buruk dari keadaan yang semula.” Menjadi Kristen itu bukan sekedar menjadi “food tester,” “icip-icip,” makanan. Coba sedikit-sedikit kalau merasa enak ya dimakan. 

Mereka adalah model orang-orang yang sesudah mendengar Injil, memilih apa yang mereka suka dan menolak apa yang mereka tidak suka. Mereka mengambil ayat-ayat Kitab Suci yang mereka sukai dan mereka berkata, “Aku suka yang ini tetapi aku tidak suka bagian tentang komitmen total itu.” Mereka mencomot ayat-ayat Kitab Suci yang cocok dengan seleranya sendiri. Tidak berani menghadapi tantangan yang ditawarkan Allah lewat sabdaNya.  

Apa yang Anda pikirkan ketika melihat anak-anak muda atau orang-orang modern ke gereja memakai pakaian tambal-tambalan? Ada orang yang sangat bangga karena pakaian mereka yang tambal sulam itu. Mereka berkata itulah gaya yang paling baru. Bahkan sering harganya lebih mahal.

Kalau kita ingin menjadi seorang Kristen yang sejati, janganlah hanya mengutip dan memilih bagian Kitab Suci yang sesuai dengan selera kita sendiri. Banyak orang pergi ke gereja yang suka memilih apa yang ingin mereka dengar, akhirnya hidupnya akan tercabik-cabik secara rohani. Orang mengikuti Ekaristi kalau pastornya sesuai dengan selera hatinya. Kalau tidak lebih baik pulang atau mencari gereja lain. Kita harus memilih antara mengenakan seluruh pakaian keselamatan atau tidak mengenakannya sama sekali. Kuasa Allah mampu mengubah manusia menjadi baru. Kuasa Allah mengubah manusia yang egois menjadi altruistis.