-->

Keturunan Arab Banyak di Bumi Nusantara: Kenapa?

advertise here

Mengapa banyak keturunan Arab di Nusantara 

Orang-orang Arab datang ke nusantara, diketahui setidaknya sudah sejak masa Nabi Sulaiman. Ini terlihat dari banyaknya cerita rakyat yang berhubungan dengan Nabi Sulaiman yang memerintah di jazirah Arabia. Namun untuk kedatangan muslim Arab diketahui sudah datang pada masa awal Islam, yaitu ketika Khalifah ke-3, yaitu Khalif Utsman bin Affan (644-656 M) mengutus para sahabat untuk menyebarkan ajaran Islam di Nusantara, dengan mengabarkannya terlebih dahulu kepada Ratu Kalingga, yaitu Ratu Shima. 

Gambar Ilustrasi
Gambar Ilustrasi


Para sahabat kemudian datang ke nusantara, dan tercatat para sahabat memilih Barus sebagai tempat menetap pada generasi awal ini. Bahkan Khalifah ke-4, yaitu Khalif Ali bin Abi Thalib (599-661 M), tercatat sebagai penyebar agama Islam di Tano Mandailing dan Tanah Sunda. Terjalin nya hubungan baik ini diteruskan pada masa Bani Ummayyah (661-750), yang beribukota di Damaskus, yang juga banyak menyebabkan orang-orang tinggal di nusantara. 

Di generasi berikutnya pada abad ke-8, tercatat kedatangan kaum muslim keturunan Ali Abi Thalib dari Persia ke wilayah Aceh, Mandailing dan semenanjung Malaka, dan berbagai wilayah lainnya, mereka mulai mendirikan kesultanan. Waktu itu, kaum muslim di nusantara di bawah pengaruh Bani Abbasiyyah (750-1258 M), yang kemudian ditumbangkan oleh Mongol. Banyak cerita tentang kedatangan orang-orang Arab pada masa ini ke nusantara. 

Namun sejak berdirinya Bani Fathimiyyah (910-1171 M), pengaruh Islam di nusantara terbagi dua, sehingga seringkali terjadi peperangan antara Kesultanan yang bergolongan Syi:ah (di bawah pengaruh Bani Fathimiyyah) dengan Kesultanan yang bermazhab Sunni (di bawah pengaruh Bani Abbasiyyah). Bani Fathimiyyah sendiri tumbang karena dikalahkan oleh Jenderal Salahuddin Al Ayyubi, panglima perang dari Bani Seljuk/Turki (Bani Zanki atau Zengid) , yaitu Raja Zengid Nur ad-Din/ Al Malik Al Adil Nuruddin (1118-1174 M). 

Raja Zengid merupakan keturunan dari kabilah-kabilah Ghuz di Turkistan yang berhasil mengambil alih kekuasaan Bani Abbasiyyah, sebelum Bani Abbasiyyah ditakhlukkan oleh Mongol. Namun kemudian, Salahuddin al Ayyubi mendirikan kesultanan Bani Ayyubi yang bergolongan Sunni. 

Dari masa Bani Zengid, diteruskan lah kekuasaan umat Islam oleh Bani Utsmaniyyah (1299-1923 M), yang didirikan oleh Osman Bey/Osman Gazi (1299-1323) bersama suku-suku Turk/Mongol di barat laut Anatolia, yang merupakan pasukan Mongol yang berhasil menaklukkan Bani Abbasiyyah. Di kemudian hari, kerajaan ini berubah menjadi kesultanan. 

Pada masa Bani Utsmaniyyah (Ottoman) ini, pengaruh Islam di nusantara beralih ke penguasa Turki, yang di masa itu tercatat sebagai Kesultanan Rum, karena beribukota di wilayah Romawi (Timur), dengan Konstantinopel (Istanbul) sebagai ibukota nya. Osman Bey merupakan anak Adipati (Etrugul Khan dan putri Sultan Seljuk) di masa Bani Seljuk di Rum, dengan nama sebenarnya Atman atau Ataman, namun orang Arab dan Turki di kemudian hari, mengejanya sebagai Utsman. Sejarah Osman Bey memang tidak terlalu jelas, karena dalam cerita sejarah Islam, sebenarnya Hulagu Khan (keturunan Jenghiz Khan) lah yang menaklukkan Bani Abbasiyyah. Namun kemudian keturunan dari Jenghiz Khan ini lah yang masuk Islam. 

Secara bahasa, Mongol dan Turkistan masih satu rumpun bahasa, dan tidak sulit dalam berkomunikasi. Jadi kemungkinan besar, pada masa awal Bani Utsmaniyyah belum muslim. Namun, di kemudian hari, Bani Utsmaniyyah menjadi pemimpin dunia Islam yang terkemuka. Turki menjadi kesultanan pada masa Sultan Mehmed II pada tahun 1453 M. Selain orang-orang Arab, orang-orang Turki dan Persia, pada masa Bani Ottoman ini, banyak datang ke nusantara untuk menetap. 
 
Yang terakhir adalah pada masa Hindia Belanda (abad-18/20), di masa ini tercatat kedatangan orang-orang Yaman, khususnya Habib-habib dari Hadhramaut. Mereka kemudian berusaha berinteraksi dengan kesultanan-kesultanan nusantara, baik yang berasal dari keturunan Syarif (bangsawan keturunan Nabi Muhammad melalui Fathimah dan Ali bin Abi Thalib) dari keturunan Ratu Shima mau pun dari keturunan Persia pada masa-masa awal Islam. Namun tidak sedikit, orang-orang dari Hadhramaut diketahui berdusta tentang nasabah sebenarnya, supaya dihormati, sehingga terjadi keributan antara orang Arab. 

Selain keturunan Ali bin Abi Thalib (Khalifah ke-4), di nusantara juga banyak keturunan Abubakar ash-Shidiq (Khalifah ke-1), keturunan Umar bin Khattab (Khalifah ke-2) dan keturunannya Khalifah ketiga, yaitu Utsman ibnu Affan. Umumnya, mereka dikenal sebagai pribumi nusantara, karena sudah berabad-abad tinggal dan kawin mawin dengan masyarakat nusantara. Secara fisik, banyak yang sudah kehilangan khas Arab nya atau sudah berwajah Melayu.

Sumber: FB Raden Nurdin
 
close