DEBAT LEIPZIG : JOHANN ECK (KATOLIK) VS MARTIN LUTHER (PROTESTAN)
Gambar Ilustrasi |
Johann Eck lahir 13 November 1486. ia belajar di universitas Heidelberg, Tübingen, Cologne, dan Freiburg im Breisgau. Dia ditahbiskan menjadi IMAM pada 1508 dan menjadi doktor teologi pada 1510. Pada tahun itu dia memulai karier sebagai PROFESOR TEOLOGI di Universitas Ingolstadt dan pendebat terbaik di Jerman.
Luther lahir tahun 1483, dan di usia 19 tahun menjadi sarjana filosofi, dan di usia ke 22 meraih gelar Master (1505), ditahbiskan menjadi imam tahun 1507. Dua tahun berikutnya menjadi Baccalaureus Biblicus dalam Teologi. Di usia 30 tahun ia menjadi Doktor, dan dosen tentang Kitab Suci, dan kemudian dua tahun kemudian menjadi wakil vicar-general di Saxon
Johann Eck dan Martin Luther awalnya adalah bersahabat. Sampai suatu saat Luther mempublikasikan 95 thesesnya.
Eck diberi tugas oleh USKUP VON EYB untuk memeriksa theses yang dibuat Luther, dan Eck menyebutkan bahwa 18 butir di antaranya mengandung AJARAN SESAT/ heresi (seperti ajaran Jan Huss), melanggar kasih Kristiani, merendahkan order hirarki Gereja dan menghasilkan pemberontakan.
Hal ini disebutkan dalam suatu manuskrip yang disebut “Obelisci”, yang disampaikan kepada Bapa Uskup, dan beredar di kalangan sendiri, tidak dipublikasikan.
Namun manuskrip ini sampai ke tangan Luther, dan Luther menjadi sangat marah. Lalu Eck menulis kepada Luther untuk menjelaskan duduk perkaranya, dan agar Luther tidak marah dan tidak membawa hal ini menjadi pertentangan publik, entah melalui kuliah atau melalui tulisan.
Namun Luther malah mengeluarkan tulisan “Asterici” (10 Augustus, 1518) yang menyebabkan pertentangan publik di Leipzig.
Debat Leipzig terjadi pada bulan Juni dan Juli 1519 di Istana Pleissenburg, Leipzig, Jerman. Pada tanggal 27 Juni 1519, Eck menantang diskusi terbuka Andreas Karlstadt, seorang teolog Protestan tentang ajaran Luther mengenai rahmat Tuhan dan kehendak bebas (grace and freewill).Tentang topik grace and freewill, ECK tampil sebagai PEMENANG DEBAT.
Kemudian dalam beberapa minggu setelahnya, Luther diundang untuk bergabung dalam diskusi. Tanggal 17 Julii 1519, Luther ikut diskusi yang akhirnya diskusi melebar pada topik API PENYUCIAN, PENJUALAN INDULGENSI, BAGAIMANA PENEBUSAN DOSA HARUS DIBAYAR, DAN OTORITAS PAUS.
Tentang supremasi Paus yang ditentang oleh Luther, Eck mengacu kepada bagaimana pandangan serupa oleh Wiclif dan Hus pernah dikecam oleh Konsili di Constance. Pernyataan ini membuat LUTHER akhirnya menyatakan bahwa KONSILI DAPAT SALAH.
Terhadap hal ini Eck berkomentar singkat, “KALAU ENGKAU PERCAYA BAHWA KONSILI YANG SAH DAPAT SALAH DAN TELAH SALAH, MAKA BAGI SAYA, KAMU ADALAH SEORANG PAGAN DAN PUBLIKAN” (Köstlin-Kawerau, op. cit., I, 243-50).
Luther pulang dalam keadaan TERPUKUL atas turnamen yang mengecewakannya ini.
Kalau Luther mengatakan bahwa konsili bisa salah, maka berarti pendapat Martin Luther lebih lagi dapat salah. Kalau konsili yang menetapkan buku-buku untuk menjadi bagian dari Kitab Suci dapat salah, maka kita tidak mempunyai dasar untuk mempercayai kebenaran yang diberikan oleh konsili. Dengan demikian, kita tidak mempunyai dasar yang pasti, apakah Kitab Suci yang kita kenal adalah benar-benar merupakan Sabda Allah, yang tidak mungkin salah..Lutherr mengabaikan ajaran Bapa Gereja yang dipelihara dengan setia oleh magisterium dalam Konsili. Luther lebih menekankan "hanya Kitab Suci Saja" (SOLA SCRIPTURA) dan tidak berminat tentang sejarah serta tulisan Bapa Gereja.
Dengan demikian, ucapan CARDINAL JOHN HENRY NEWMAN, tetap berlaku: “To be versed in history is to cease to be Protestant.” Sebab jika seseorang mau mempelajari sejarah Gereja, berikut dengan tulisan- tulisan para Bapa Gereja (Tradisi Suci) sejak abad awal sampai sekarang, maka ia akan semakin dapat melihat kepenuhan kebenaran di dalam Gereja Katolik, sehingga ia dapat memutuskan untuk berhenti menjadi seorang Protestan.NP*