Pantai di Desa Bungalima |
Mula-mula sejarah Desa Bugalima dimulai dari Desa Ongabaran. Desa Ongabaran ini terletak di wilayah perbukitan Ile Kelui. Masyarakat Onganbaran hidup dengan aman dan tenteram. Sehingga pada pemukiman warga Ongabaran terlihat sangat tenang. Beberapa tempat yang disebut dengan Riang, yang membentuk satu kesatuan yang disebut Lewo (sebutan untuk mengganti nama desa pada waktu itu).
Menurut masyarakat setempat, Riang-Riang itu dapat dibagi antara lain; Riang Belan, Ringa Eban Kalika, Riang Lamaloro, Riang Kaha, Riang Nubalikat dan Riang Kewa Dei. Riang Riang ini dikepalai oleh seorang Kepala Suku.
Dalam perjalanannya, struktur yang dibangun oleh masyarakat ini mengalami perubahan seiring dengan kemerdekaan Indonesia. Namun perlu diketahui bahwa wilayah Riang dikepalai oleh seorang Kepala Suku.
Untuk di wilayah Timur, Pulau Flores dikepalai oleh seorang raja yang wilayah kerajaannya meliputi Pulau Solor, Adonara, Lembata dan daratan Pulau Flores Bagian Timur, dengan kedudukan pusat kerajaan di Larantuka.
Raja Larantuka dalam kepemerintahannya membentuk riang riang menjadi Lewo dan mengangkat seorang kepala suku menjadi kepala dari Lewo tersebut.
Disinilah terbentuk Ongabaran menjadi sebuah Lewo dengan beberapa nama Kepala Suku yang pernah menjabat sebagai Kepala Lewo, antara lain :
Bapak Osama, Bapak Geroda Boleng, Bapak Pati Daton, Bapak Kasihan Pati, Bapak Suban Gading
Pada masa pemerintahan Bapak Suban Gading, terjadi perubahan status Lewo, sehingga Lewo Ongabaran bergabung dengan Desa Wureh sebagai sebuah dusun.
Berikut nama nama yang pernah menjabat sebagai Kepala Dusun :
Bapak Lamber Sakre tahun 1967-1978
Bapak Mikhael Mige Karwayu tahun 1978-1993
Bapak Fransiskus Wulan tahun 1993-1995
Bapak Theo Karwayu tahun 1995-1998, 1998-2003
Pada tahun 1998 terjadi pemekaran desa, sehingga Dusun Bugalima beralih status menjadi desa persiapan. Penjabat Kepala Desa saat itu adalah Bapak Fransiskus Beda Suban. Masa persiapan ini mencapai kurun waktu dua tahun.
Tanggal 6 Maret 2000 Bugalima dinyatakan secara defintif sebagai sebuah desa terlepas dari Desa Wureh. Sejak saat itu Bugalima menjadi Desa Definitid dengan beberapa kepala desa yang pernah menjabat yakni :
Bapak Nikolaus Suban tahun 2001-2007
Bapak Hubertus Poni tahun 2008-2013
Bapak Damianus Leven tahun 2014-2020
Bapak Gabirel Kopong Kenukan Penjabat Kepala Desa tahun 2020-2021
Perubahan nama Ongabaran menjadi Bugalima
Pada tahun 1976 tepatnya bulan Februari – Maret terjadi bencana alam tanah longsor di Ongabaran sehingga kebijakan pemerintah Kabupaten Flores Timur, membuka pemukiman baru bagi penduduka Ongabaran di pesisir Pantai Wai Rita.
Proses pembangunan rumah warga dan fasilitas umum lainnya, berlangsung sejak Bulan April sampai Mei. Tanggal 2 Mei 1976 pemkiman baru warga Ongabaran di pesisir pantai Wai Rita diresmikan oleh Bupati Flores Timur, Drs. Antonius Buga Langoday.
Sebagai bentuk penghargaan dan ungkapan terimakasih masyarakat Ongabaran terhadap jasa baik Bapak Bupati maka nama pemukiman baru tidak lagi menggunakan nama Ongabaran tetapi Bugalima, yang artinya Buga, diambil dari nama Bapak Bupati dan Lima yang artinya melalui tangannya masyarakat Ongabaran mendapat tempat tinggal yang layak dan memadai.
Demikia perjalanan sejarah Ongabaran menjadi Desa Bugalima dan sampai saat ini nama desanya adalah Desa Bugalima.
Sumber: bungalimadesa.id