-->

Ada Permandian di Luar Lamalera pada 1881

advertise here

Gambar konggregasi Santa Anna Lamalera di Tahun 1930 an/ foto dok Seratus Tahun Gereja Katholik Lembata
Gambar konggregasi Santa Anna Lamalera di Tahun 1930 an/ foto dok Seratus Tahun Gereja Katholik Lembata


Negeri Paus-Apabila kita membaca sejarah sebelumnya yang diulas dalam empat artikel berseri berturut-turut mengenai runutan peristiwa awal penginjilan oleh pastor Dominikan, maka kita akan mengetahui tahun-tahun kelam yang dilalui oleh para misionaris. 

Oleh karena itu empat artikel yang perlu anda baca terlebih dahulu diantaranya:

  1. Di Tanah Lembata, Mereka Sering Melihat Kejadian Alam Yang Dasyat - Negeri Paus Artikel ini telah tayang pada blog Negeri Paus dengan Link Sumber: https://negeripaus.blogspot.com/2021/11/literatur-sejarah-katolik-lembata.html?m=1
  2. Para Martir di Lembata-Sejarah Katolik Lomblen Link Sumber: https://negeripaus.blogspot.com/2021/12/para-martir-di-lembata-sejarah-katolik.html?m=1
  3. Awal Imam Diosesan Di Larantuka - Negeri Paus Link Sumber: https://negeripaus.blogspot.com/2021/12/awal-imam-diosesan-di-larantuka.html?m=1
  4. Era Baru Pater Metz ke Flores - Link Sumber: https://negeripaus.blogspot.com/2021/12/era-baru-pater-metz-ke-flores.html?m=1

Dari ke empat peristiwa sejarah di atas ini, selanjutnya kita akan mengetahui lebih jauh mengenai bagaimana dan dimana permandian yang dilakukan di wilayah Diosesan Larantuka khususnya di luar Lembata.

Dalam catatan gereja, para suster di Larantuka telah mendidik dan mengasuh beberapa gadis untuk menjadi umat yang saleh dengan semangat merasul awam artinya untuk melanjutkan misi nantinya di Lembata. Salah satu gadis itu bernama Maria Lete asal dari Lamalera dipermandikan oleh Pastor Jac. Kraaivanger SY pada tanggal 31 September 1881. Kejadian ini merupakan yang pertama kali terjadi seorang gadis yang berasal dari Lembata-Lamalera di permandikan di luar Lembata.

Peristiwa permandian itu kemudian berlanjut 5 tahun kemudia tepatnya pada tanggal 23 Januari 1886 oleh Pastor Schweitz SY mempermandikan 17 orang di Larantuka. Dua orang diantara 17 orang itu menurut catatan Pastor Ten Brink SY adalah Paij Bala saat itu berumur 12 tahun, anak dari Bapak Bala dan Ibu Sura dan Pure anak dari bapa Olla dan ibu Lelu. Keduanya dibawa untuk dididik oleh Pastor Yesuit.

Pastor Ten Brink SY yang merupakan pastor di Maumere, namun karena semangat dan inisiatifnya ia kemudian di pindahkan ke Larantuka untuk bisa memulai misi penting di Lembata.

Di kutip dari buku Pater Alex Beding SVD, Pastor A. Ten Brink SY menulis surat kepada Uskup di Batavia ketika ia berada dalam perjalanan ke Surabaya pada Oktober 1884. Ia pergi untuk memulihkan kondisi kesehatannya yang memburuk belakangan. Isi surat itu sebagai berikut:

" Di Pulau Lembata terdapat suatu suku bangsa yang luar biasa berminat menjadi umat kristiani, mempunyai sifat-sifat yang baik dan halus. Sudah beberapa waktu telah diberikan pengajaran katekismus oleh Lorenzo. Orang-orang itu berdesak-desakan untuk mendengarkan dia dan mereka menyatakan keinginan untuk segera menjadi kristiani. Tidak lama lagi seorang pastor akan pergi ke sana. Pada waktu saya berangkat, saya telah menugaskan hal ini kepada Pastor Schweitz. Sudah beberapa waktu ia mempelajari bahasa orang-orang itu dan ia juga luar biasa cocok untuk bergaul dengan mereka."


Oleh karena iman akan Kristus dan semangat penginjilan oleh para misionatis Yesuit itu maka setelah peristiwa permandian Paij dan Pure, maka selanjutnya pada tanggal 23 November 1886 Paij menerima sakramen Krisma. Setelah itu dua tahun kemudian tepatnya pada tanggal 10 Mei 1888 Paij menerima Komuni Pertama.

Setelah itu pada bulan Mei tahun 1886 Pater Yoh. de Vries SY, Superior Missionis, dalam tugasnya sebagai visitator mengunjungi para anggota serikatnya di Larantuka namun karena transportasi yang masih sulit maka terlebih dahulu beliau mengunjungi Atapupu. 

Barulah setelah itu, ia di jemput dengan perahu misi ke Larantuka. 

Dalam suratnya P. ten Brink mengenai orang Lamalera itu, kita melihat bagaimana sikap ramah orang penduduk dan semangat yang mau menjadi kristiani tidak terlepas dari peran Don Lorenzo. Sikap yang tegas dan wibawa penampilannya itu, membuat orang Lamalera kagum akan Don Lorenzo. Sehingga dalam setiap misi dan kunjungan Don sering mengikuti para pastor. 

Selain itu, saat perjalanan P. ten Brink ke Atapupu, ia menyempatkan singgah di Lamalera. Ia memberikan penguatan kepada seorang perempuan tua yang sedang sakit. Pater berharap setelah kembalinya dari Atapupu dia boleh mempermandikan  dia agar supaya ia bisa menjadi pendoa bagi beliau. Sekian. 

Tinggalkan Komentar anda jika telah membaca tulisan ini. Terima kasih.