Sejarah Baru dalam 76 Tahun Indonesia Merdeka dalam Dunia Penerbangan
Menoleh pada sejarah Indonesia dalam dunia penerbangan tidak terlepas dari peran besar salah satu negarawan yang pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia yaitu Bapak Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng.
Beliau Lahir pada tanggal 25 Juni 1936 dan wafat pada 11 September 2019. Sebelum akhirnya diminta untuk menjadi wakil presiden oleh Presiden ke-2 Bapak Soeharto, Habibie dikenal luas sebagai seorang profesor dan ilmuwan dan pernah menduduki salah satu posisi strategis pada perusahaan penerbangan di Jerman.
|
CN-235 Flying Test Bed, PT Dirgantara Indonesia Berhasil Terbang dengan Bioavtur |
Habibie memang terkenal dalam teknologi aviasi internasional dan merupakan satu-satunya presiden Indonesia berlatarbelakang teknokrat.
Pada tahun 1994, N250 Gatot Kaca yang dibuat oleh IPTN sekarang telah menajdi PT Dirgantara Indonesia yang merupakan hasil karya Habibie berhasil terbang di langit Indonesia.
Tahun 2012 merupakan momen kebangkitan Dirgantara Indonesia.
Pesawat karya emas Habibie ini menggunakan mesin turboprop 2439 KW dari Allison AE 2100 C buatan perusahaan Allison.
Selain itu N250 ini memiliki baling 6 bilah yang membuat pesawat ini mampu terbang dengan kecepatan maksimal 610 km/jam dan kecepatan ekonomis 555 km/jam yang merupakan kecepatan tertinggi di kelas turprop 50 penumpang.
Tahun 2012 awal merupakan tahun kebangkitan kedirgantaraan Indonesia sebab PT Dirgantara Indonesia berhasil mengirimkan 4 pesawat CN235 pesanan Korea Selatan.
Selain itu Dirgantara Indonesia juga berusaha menyelesaikan 3 pesawat CN235 yang merupakan pesanan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut, dan 24 Heli Super Puma dari Eurocopter.
Saat ini bahan bakar Minyak (BBM) Berkadar Ringan yaitu Aviation gasoline (Avgas). Bahan bakar ini dicampur dengan tingkatan khusus dari bensin, dengan oktan tinggi, sehingga mudah sekali menguap dan mempunyai titik beku yang rendah serta digunakan untuk mesin pesawat terbang.
Namun, saat ini Indonesia telah membuat sejarah baru yaitu dengan menerbangkan CN-235 Flying Test yang pernah di pesan oleh Korea Selatan itu dengan bahan bakar Bioavtur.
Bioavtur dibuat dengan sebagian bahan bakar nabati campuran Bioavtur 2,4% yang bisa menurunkan emisi karbon dunia.
Salah satu kunci pembuatan bioavtur adalah pengembangan katalis yang dilakukan oleh pertamina bekerja sama dengan ITB.
Keberhasilan ini bukan datang dengan tiba-tiba namun melewati ujian dan kajian ilmiah oleh Fakultas Mesin dan Dirgantara ITB sejak tahun 2012 dalam skala laboratorium.
Iman K Reksowardojo, selaku Tim Peneliti Uji Terbang Bioavtur ITB yang dikutip dari portal itb.ac.id mengungkapkan dari kegiatan penelitian ini, telah menghasilkan beberapa Doktor, Master dan Sarjana, baik dari dalam maupun luar negeri, serta jurnal ilmiah internasional bereputasi tinggi, bekerja sama dengan Hokkaido University, Jepang, Asean University Networking/Southeast Engineering Education Development (AUN/SEED-Net), JICA dan Pertamina.
Keberhasilan uji terbang bioavtur ini telah memberikan kepercayaan tinggi terhadap kemampuan kita dalam memanfaatkan sumber daya domestik, khususnya minyak sawit, untuk dimanfaatkan sebagai upaya membangun kemandirian energi nasional. Oleh karenanya, hal ini akan berdampak pada pengurangan ketergantungan energi dari impor, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Airlangga yang dikutip dari itb.ac.id. (*Cha)