-->

Tenggelamnya Kapal O Arbiru, Dili - Bangkok 1973 Di Perairan Maumere, Flores

advertise here

TENGGELAMNYA KAPAL O ARBIRU, DILI - BANGKOK 1973 DI PERAIRAN MAUMERE, FLORES

Gambar Kapal O Arbiru, Sumber: Wikipedia
Gambar Kapal O Arbiru, Sumber: Wikipedia




Negeri Paus | - O Arbiru merupakan kapal barang berbobot mati 400 ton.
Pada masa pemerintahan Gubernur Fenando Alves Aldeia periode 1973 di Provinsi Seberang Lautan (Ultramarinas Provincia) O Arbiru merupakan alat transportasi penting bagi pemerintah Portugal.

Seperti yang diketahui bahwa Ultramarinas Provincia saat itu di bawah kekuasaan Portugis dan kapal O Arbiru berperan penting dalam pengangkutan logistik ke Provinsi Seberang Lautan.

Dapat dikatakan bahwa O Arbiru adalah jantungnya transportasi Pemerintah Portugal. Pemerintah Portugal yang saat itu berkedudukan di Lisbon dapat memenuhi kebutuhan pokok masyarakat di Ultramarinas Provincia  di Dili karena kapal ini.  Dalam beberapa catatan diketahui bahwa O Arbiru mempunyai rute yang menyinggahi Bangkok sebelum sampai ke Dili.

Beberapa catatan dapat diketahui bahwa pada hari Jumat tanggal 18 Mei 1973, Pemerintah Provinsi Seberang Lautan dan masyarakat Timor Portugis yang seharusnya merayakan sebagai “Hari Portugal” dengan berbagai kegiatan harus dibatalkan oleh Gubernur Timor Portugis.

Sejumlah kegiatan itu  seperti resepsi, pertandingan olahraga, pameran, pasar malam yang lazim dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya memang betul dibatalkan oleh Gubernur Timor Portugis. Seperti yang dikutip dari beberapa sumber.

Jad, sebagai gantinya Gubernur Timor Portugis mengumumkan hari itu sebagai hari berkabung. Penduduk Timor Portugis diminta untuk mengibarkan bendera setengah tiang sehari penuh.

Dikutip dari suluhdesa.com, sebagaimana yang dikisahkan oleh Eliza Meskers Tomodok, Kepala Perwakilan RI di Dili, Timor Portugis (1972-1976), dalam bukunya “Catatan Hari-Hari Akhir Timor Portugis” ia menguraikan bahwa pada tanggal 28 April 1973, kapal O Arbiru meninggalkan Pelabuhan Dili menuju Bangkok dan melewati jalur utara kepulauan Alor ke arah barat menyusuri laut Flores. Sesuai rencana kapal itu akan bertolak ke Pelabuhan Bangkok untuk mengangkut 3.000 ton beras yang dikirimkan dari Lisbon untuk rakyat Timor Portugis. Sesuai dengan rencana pelayaran kapal O Arbiru dijadwalkan tiba di Bangkok pada tanggal 7 Mei 1973. Namun dalam pelayarannya sejak tanggal 29 April 1973 komunikasi radio dan navigasi antara Dili dan kapten kapal O Arbiru terputus total.

Dalam pelayaran itu, ikut pula istri Komandan Angkatan Laut Timor Portugis dan anak serta 16 penumpang lainnya termasuk crew kapal. 

Pada mulanya komandan angkatan laut di Dili menduga putusnya hubungan radio antara Dili dan sang kapten mungkin disebabkan oleh rusaknya radio komunikasi. Namun karena tidak ada komunikasi sama sekali, komandan Angkatan laut di Dili menanyakan kepada kedutaan besar di Bangkok apakah kapal itu sudah tiba di Bangkok sesuai jadwal pelayaran atau belum. Jawaban yang diperoleh bahwa kapal itu belum tiba di Bangkok. 

Sejak saat itu tepatnya tanggal 11 Mei 1973 komandan angkatan laut menanggap serius persoalan hilangnya kontak kapal O Arbiru dan terus mencari informasi posisi kapal.

Pada mulanya pencarian dilakukan menggunakan pesawat udara T.A.T yang pada tanggal 12 Mei 1973 terbang mengikuti rute pelayaran O Arbiru guna mencari jejak kapal tersebut. Hari itu tidak ada petunjuk sama sekali sehingga pilot pesawat udara T.A.T memutuskan untuk bermalam di Denpasar. Pada keesokan harinya tanggal 13 Mei 1973 pencarian kembali dilakukan sepanjang perairan laut Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Alor namun tidak ada petunjuk apa pun dari pencarian itu.

Komandan Angkatan laut Timor Portugis meminta bantuan kepada Markas Besar Angkatan Laut Indonesia di Jakarta, melaporkan kejadian itu kepada perwakilan Portugal di Jakarta, Bangkok, Manila, Singapura dan Kuala Lumpur. 

Sementara itu isu yang tersiar dalam masyarakat Dili saat itu adalah kapal O Arbiru “dikerjain” oleh pelaut-pelaut Indonesia. “Saya tidak tahu bagaimana reaksi Pemerintah Timor Portugis atas isu-isu semacam itu, namun saya tidaklah heran sekiranya ada yang termakan oleh isu itu. Apalagi di antara penumpang kapal ada istri dan anak Komandan Angkatan Laut Timor Portugis itu sendiri”, demikian tulis E.M Tomodok dalam bukunya Catatan Hari-Hari Akhir Timor Portugis.

Turut sertanya istri serta anak komandan angkatan laut Timor Portugis adalah atas undangan kapten kapal. Pada awalnya kapten kapal mengundang istri Gubernur, Ny. Aldeia namun karena ia berhalangan maka dimintalah istri komandan angkatan laut untuk menggantikannya. Istri Komandan Angkatan Laut Timor Portugis sebenarnya setengah hati untuk menggantikan Ny. Aldeia dalam pelayaran itu, namun karena desakan suaminya, ia pun pergi bersama anaknya. Terdapat pula istri Mayor angkatan darat, istri kapten kapal dan istri direktus sebuah bank di Dili.

Pada tanggal 16 Mei 1973, Komandan Angkatan Laut Timor Portugis menemui Kepala Perwakilan Indonesia di Dili yang meminta bantuan konsulat Indonesia. Tanpa membuang waktu Kepala Perwakilan Indonesia di Dili langsung menghubungi Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perhubungan dan Gubernur NTT. 

Keesokan hari tanggal 17 Mei 1973 adalah hari pertama percobaan komunikasi telepon antara Dili dan Kupang. Kepala Perwakilan Indonesia di Dili meminta salah seorang stafnya bernama Saat untuk berbicara dengan Gubernur NTT di Kantor Gubernur NTT di Kupang.

Di ujung telepon dari Kantor Gubernur NTT, penerima telepon menjelaskan bahwa kapal tersebut tenggelam di laut Flores pada tanggal 29 April 1973 pukul 09.00 pagi. Salah seorang awak kapal telah diselamatkan dan berada di Maumere, Flores untuk mendapatkan pertolongan. Mendengar penjelasan itu Kepala Perwakilan Indonesia di Dili kemudian menyampaikan laporan kepada Kepala T.A.T, de Castro yang memimpin upaya pencarian kapal itu. 

Setelah itu Kepala Perwakilan Indonesia bersama dengan utusan Timor Portugis bertolak menuju Kupang dan terus melanjutkan perjalanan ke kota Maumere, Flores. Tiba di Maumere mereka di terima oleh pejabat setempat dengan penuh simpati.

Komandan Resor Kepolisian 1708 Sikka, David Lameng dalam keterangan resmi tertulisnya mengatakan pada hari Minggu tanggal 29 April 1973 pukul 09.00, kapal O Arbiru diterjang badai antara pulau Sukun (Kab. Sikka)dan pulau Kalatoa (Kab. Selayar) di perairan Flores. Masinis kapal, Paulo de Rosario terapung-apung di laut selama 8 hari hingga akhirnya ia ditolong oleh perahu “Hidup Baru”. Ia lalu dibawa oleh nelayan ke Maumere untuk mendapat pertolongan dan ditampung di Pelabuhan Maumere hingga diserahkan ke perwakilan Timor Portugis yang hadir di Maumere.

Tidak ada tanda-tanda bahwa penumpang kapal yang lain selamat. Proses serah terima kemudian dilakukan di Maumere dan setelah itu perwakilan Timor Portugis kembali ke Dili dengan membawa serta Paulo de Rosario, satu-satunya masinis yang selamat.

Sementara itu di Dili, Ramos Horta yang saat itu bekerja untuk media A Voz de Timor (Suara Timor) memuat berita yang panjang yang menciptakan kesan kurang baik mengenai peranan Indonesia. Untuk menghindari salah paham, Kepala Perwakilan Indonesia kemudian mengundang Ramos Horta dari A Voz de Timor ke kantor konsulat untuk dimintai penjelasan apa sebab tidak dimuatnya berita belasungkawa dari Pemerintah Indonesia dan mengapa hanya ucapan belasungkawa dari Konsulat Taiwan yang dimuat dalam media itu. 

Ramos Horta lalu menjawab pimpinan redaksilah yang menentukan itu. Tidak puas dengan jawaban Horta, Kepala Perwakilan Indonesia lalu menyampaikan surat kepada pimpinan media A Voz de Timor dengan permintaan untuk dimuat di media. Pemimpin redaksi A Voz de Timor, Letnan Gomez tidak lain adalah Sekretaris Gubernur Timor Portugis. 

Gubernur Timor Portugis melalui Sekretarisnya Letnan Gomez kemudian mengakui adanya kesalahpahaman dan meminta maaf kepada perwakilan Indonesia di Dili. Gubernur Timor Portugis kemudian membuat bulletin khusus tentang bantuan yang diberikan oleh semua pihak termasuk Indonesia. 

Menurut penjelasan Gubernur Timor Portugis, kekhilafan terletak pada dirinya dan sulit memberi penjelasan kenapa ia khilaf. Mendengar penjelasan itu Kepala Perwakilan Indonesia lalu mengambil langkah bijak agar tidak menimbulkan pertentangan di tengah masyarakat ia pun menerima permintaan maaf Gubernur Timor Portugis dan surat terbuka yang telah ia siapkan disepakati untuk tidak tidak diumumkan.

Hingga kini bangkai kapal O Arbiru masih berada di perairan laut Flores tidak jauh dari kota Maumere. Masyarakat kota Maumere dan pesisir utara Pulau Flores menyebut bangkai kapal itu dengan nama KAPAL TAKALAYAR. 

Inilah kisah tenggelamnya kapal O Arbiru atau Takalayar, moda transportasi laut terpenting Pemerintah Timor Portugis saat itu. 
Salam, Fransisco Soarez Pati
--------------------------------------------------------------------
Sumber :
CATATAN HARI-HARI AKHIR TIMOR PORTUGIS, E. M TOMODOK, CETAKAN I, Pustaka Jaya,1994