BELAS KASIH VS KEANGKUHAN
Pst. Agustinus Sudarno, OSC
Bacaan dari : Luk. 9:7-9
Salah satu sifat manusia yang bisa merugikan diri sendiri yaitu iri hati. Ada banyak dampak negatif iri hati yang sangat membahayakan jika dibiarkan dan tidak segera diatasi. Seseorang yang memiliki penyakit iri hati akan selalu merasa tersaingi atas pencapaian dan keberhasilan orang lain.
Renungan Katolik |
Herodes merasa cemas dan bingung serta gelisah ketika mendengar berita tentang Yesus. Apalagi ada orang yang mengatakan bahwa Yohanes yang telah dipenggal kepalanya bangkit lagi. Bahkan Herodias, istrinya yang sudah dijangkiti iri hati dan benci nekat menghasut dan memfitnahnya. Ia mengajak pihak lain untuk ikut membenci, padahal hal itu hanya akan membuang-buang waktu dan merugikan diri sendiri.
Herodes begitu cemas dengan popularitas serta karya-karya yang Yesus lakukan di wilayahnya. Nampaknya Herodes begitu takut kehilangan kedudukan dan tahta. Beredar berita bahwa Yesus dianggap sebagai seseorang yang diutus Allah, karena melakukan keajaiban-keajaiban yang membuat orang kagum dan tercengang.
Banyak orang yang mengikuti Yesus dan mendengarkan ajaranNya. Banyak orang semakin hari semakin membicarakan tentang Yesus, maka ada rasa penasaran Herodes untuk bertemu dan mengenal Yesus.
Iri hati membuat orang selalu berprasangka buruk terhadap orang lain, sehingga sulit merasa tenang, hati dan pikiran tidak damai. Orang akan gelisah dan resah ketika melihat orang lain bahagia. Sebaliknya, orang akan bahagia ketika melihat orang lain menderita.
Kisah tentang kehebatan Yesus mendatangkan kecemasan bagi Herodes, karena ada yang berkata bahwa Dia adalah Yohanes Pembaptis yang sudah bangkit kembali dari mati. Ia cemas jangan-jangan Yohanes datang akan membalas dendam dan membunuh dia. Kecemasan itu sungguh datang dari hatinya yang paling dalam. Maka ia berusaha ingin bertemu Yesus.
Kita tentu tahu siapa Yesus dan Herodes. Yesus adalah orang yang menjadi panutan kita orang Kristen sedangkan Herodes adalah orang yang memerintah sebagai raja atas bangsa Yahudi. Yesus adalah orang yang identik dengan belas kasih sedangkan Herodes adalah orang yang dilambangkan dengan keangkuhan. Yesus dan Herodes adalah dua pribadi yang sangat bertolak belakang.
Dalam hidupNya, Yesus mengandalkan belas kasih, Herodes justru mengandalkan keangkuhannya. Belas kasih adalah sikap utama Yesus dalam mewartakan kehendak dan rencana Bapa, sedangkan keangkuhan adalah suatu sikap yang dimiliki dan dipraktikkan oleh Herodes selama masa kepemimpinannya. Karena keangkuhannya maka setiap orang yang lebih terkenal namanya tidak ia sukai dan akan melakukan sesuatu yang jahat terhadap orang itu. Yohanes Pembaptis misalnya, kepalanya dipenggal karena pernah menegur Herodes karena dia mengambil Herodias menjadi istrinya.
Dalam perikop Injil hari ini dikisahkan bahwa Herodes iri terhadap Yesus yang memang lebih tenar dan terkenal dibanding dirinya. Karena itu, ia berusaha untuk bisa berjumpa dengan Yesus. Akan tetapi, ia mengira bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang sudah bangkit kembali dari antara orang mati.
Keangkuhan Herodes membuat dirinya tidak mengenal Yesus sebagai Penyelamat sehingga ia masih bertanya-tanya lagi, siapa Yesus sebenarnya. Keangkuhan membuat Herodes tidak mengenal Yesus dengan benar, padahal Yesus sudah lama hidup di antara rakyat yang berada di bawah kepemimpinan Herodes sendiri dan bahkan Yesus tergolong sebagai rakyat dalam pemerintahan Herodes.
Dalam kesempatan ini kita diajak untuk memilih. Apakah kita akan memilih sikap keangkuhan yang dimiliki Herodes atau mau meneladan sikap Yesus yang penuh belas kasih. Sebagai pengikut Yesus pasti kita akan memilih sikap yang dimiliki oleh Yesus, yaitu belas kasih.
Sikap belas kasih Yesus tidak netral, melainkan memihak yaitu memihak kelompok yang tidak beruntung, kelompok yang terpinggirkan dan disingkirkan. Ciri khas orang Kristen adalah kasih atau bela rasa. Bela rasa itu berhubungan dengan emosi dan tindakan kehendak. Melalui sikap dan tindakanNya, Yesus ingin menyatakan cinta Allah kepada semua manusia tanpa terkecuali dan kita pun dipanggil untuk mengasihi tanpa terkecuali.
Yesus melakukan semua perbuatan kasih itu bukan demi pengikut yang banyak, bukan pula demi popularitas, namun semua itu dilakukan demi pembebasan orang yang dikasihiNya, demi kebahagiaan orang yang dikasihiNya.