-->

Kisah Maro: Legenda Kampung Wae Rebo di Manggarai

advertise here

Legenda Wae Rebo

wae rebo [negerpaus.blogspot.com]
Gambar Wae Rebo [negerpaus.blogspot.com]


Salam berjumpa kembali bersama blog Negeri paus. blogspot.com. Kali ini kita akan membahas mengenai legenda desa Wae Rebo. Di kalangan orang-orang Manggarai pasti legenda ini itu asing di telinga, namun bagi orang-orang di luar dari Manggarai iya ingin sekali mengetahui bagaimana cerita ini. 

Berikut akan kami sajikan legenda desa Wae Rebo.

Dahulu kala ada seorang pemuda yang sangat dikenal menyukai sebuah permainan taruhan yakin adu kerbau. Pemuda ini bernama Maro. Pada suatu kali ada pertarungan kerbau dan Maro ikut serta dalam pertandingan itu. 
Dan pada saat pertandingan adu kerbau itu kerbau milik Maro memenangi pertandingan itu.

Namun kemenangan itu tidak diterima oleh lawannya sehingga lawannya menuduh Maro bermain curang. Ia pun mendapatkan dukungan dari orang-orang kampung dia mengancam akan membunuh Maro.

Mario pun merasa sangat terdesak dan tertekan kemudian Ia memutuskan untuk merantau jauh. Dia pergi berlayar Demi keselamatannya karena diancam. 

Ia pun mulai berlayar ke arah bagian timur dan ia sempat menyinggahi Gowa, Sulawesi. Maro pun melanjutkan perjalanannya ke arah selatan dan menuju pulau yang bernama Flores. Kemudian ia singgah di Bajo kemudian Lagi singgah di Wara Loka, sebelum akhirnya ya memutuskan untuk berlayar ke selatan pulau. Dia sampai di suatu daerah bernama Nangapaang dekat Dintor. 

Dikisahkan pada suatu kali, Maromelihat asap dari arah gunung. Asap tersebut ternyata berasal dari kampung Todo. 

Maro pun melanjutkan perjalanan yang menuju ke arah asap itu. Maro pun beruntung masyarakat Todo menerimanya dengan senang hati. Tiga hari kemudian Maro berada di kampung Todo, diadakan pemilihan ketua suku, dan ia pun terpilih menjadi ketua suku. 

Namun karena merasa belum pantas ia menolak jabatan tersebut dan diangkatlah orang lain lagi yang lebih mudah darinya.
Peristiwa itu penduduk Todo dan Kampung Wae Rebo menjadi bersaudara.

Dodo pun dikenal sebagai adik dan Wa Rebo sebagai kakak. Jika dilihat dari kemiripan rumah, rumah di kedua kampung itu sangat mirip, adapun sebuah rumah namanya Mbaru Niang. 

Kisah pun berlanjut dimana Maro kemudian melanjutkan perjalanannya hingga sampai di Kampung Poppo. Maro tinggal di kampung itu cukup lama. Pada suatu hari ada perselisihan yang timbul antara penduduk Kampung Poppo dan Kampung tetangganya. 

Perselisihan itu tidak lain tidak bukan adalah karena kehadiran Maro di kampung Poppo.
Hingga pada saat itu terdengar kabar bahwa kampung tetangga akan menyerang Kampung Poppo.

Dengar kabar bahwa Kampung tetangga ingin menyerang Kampung Popo, warga Kampung Popo malah mau melindungi Maro. 
Hal ini membuat marah Kampung Tetangga.

Dikisahkan bahwa Maro kabur dari kampung Poppo hingga ia ketemu dengan seekor luwak.
Luwak itu menuntun perjalanan Maro untuk pindah ke tempat yang lebih baik.
Lalu bagaimana dengan nasib Kampung Poppo?
Setelah kepergian Maro, kampung itu habis dibakar oleh Kampung tetangga yang berseteru tersebut.

Luwak pun menuntun Maro sampai di sebuah Kampung bernama Kampung Modo. Maru pun mulai menetap di sana. Setelah sekian lama menetap, Ia berkeinginan untuk menguasai penduduk Modo.
Penduduk kampung itu pun mengusir dirinya keluar dari kampung itu.

Maro kemudian berlari ke kampung Ndara. Di sana ia bertemu dengan 2 keluarga. Namun karena keinginannya untuk menguasai Kedua keluarga itu, 2 keluarga itu pun memilih untuk pergi dari kampungnya, Maro pun sendirian di kampung itu. 

Dikisahkan, Maro berpindah lagi menuju sebuah tempat yang bernama Golo Damu. Di sana ia menjalani kehidupan sehari-harinya dengan bercocok tanam dan hasilnya pun sangat bagus. Akhirnya ia mendapatkan seorang istri yang berasal dari Lembor. Namun, di Golo Damu, Maro mendapat kutukan itu siapapun keluarga istrinya tinggal atau menginap di rumah mereka akan meninggal.

Karena kutukan itu, Maro pun kemudian bersama istrinya pindah ke Golo Pandu. Pada suatu malam ia mendapatkan sebuah mimpi, dan mimpi itu mengubah hidupnya selamanya.

Dalam mimpi itu, dia bertemu dengan seorang lelaki tua. Lelaki tua itu berpesan kepadanya " Maro, tempat ini cukup besar untukmu.
Di bawah ada Tanah Datar yang kamu bisa gunakan untuk menetap. Kalau kamu menetap dan berkembang di tempat itu, kelak, namai tempat itu Wae Rebo"

Maro pun berpikir keras, lalu Dia pindah ke tempat itu dan tinggal di sana sesuau mimpinya itu. Di tempat itu dia mendapatkan hasil bumi yang berlimpah, makan yang banyak, dan ternak yang sehat. Sumber air di kampung itu pun sangat jernih. Sesuai apa yang ada di dalam mimpi. Dan Dia menamai tempat itu bernama Wae Rebo.

Sumber: 
Sunarti, S. A. PENDAHULUAN. Sastra Pariwisata, 46.

Esi, Y. C. (2021). POLA PERMUKIMAN TRADISIONAL DI KAMPUNG WAE REBO KABUPATEN MANGGARAI (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA).

Novena, J. (2021). Wae Rebo Warisan Dunia. TarFomedia, 2(1), 79-84.

Purwantiasning, A. W. (2022). Tradisi Lisan Dalam Arsitektur. NALARs, 21(2), 105-112.