-->

Sejarah Rumah Adat Lakatuil

advertise here
Di Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Alor, Kecamatan Alor Baral Laut terdapat sebuah desa bernama Bampalola. Arti dari nama desa ini adalah pemali. 

Gambar Laktui Bampalola
Gambar ini hanya pemanis

Telah berlaku selama berabad-abad lamanya yakni pemali dalam adat masih dijaga dan tidak boleh dilanggar, apabila dilanggar maka akan ada musibah atau balasan dari alam semesta atau kekuatan lainya yang mengendalikan isi bumi ini. 

Oleh karena itu wajib menjaga tutur kata, tingkah laku sehingga setiap manusia bisa menjaga diri agar tidak mengucapkan kata-kata yang merupakan pantangan ketika berada di desa lama Kampung Bampalola. 

Selain pantangan tersebut, rupanya masyarakat kampung Bampalola sangat ramah dan terbuka dengan semua orang yang berkunjung. Pengunjung akan merasa diterima dengan baik sebagai bagian dari keluarga.

Masyarakat adat Bampalola percaya bahwa nenek moyang mereka berasal dari tanah atau timbul secara ghaib dari dalam tanah. Raja tersebut dijuluki dengan nama Raja Tanah (foaifen).

Foaifen ini sendiri hidup sekitar pada abad ke-13 dan tidak ada satu orangpun yang tau dari mana Raja Tanah itu berasal. 
Ada sebuah lokasi gua tempat munculnya raja tanah disebut dengan nama tula gadong yang artinya rumah Tuhan.

Raja Tanah kemudian menikah dengan seorang wanita dengan nama Buifedi.
Mereka tinggal di kampung lama  tepatnya di bawah kaki gunung Raja.


Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan melindungi diri dari hewan buas, maka Raja Tanah dan istrinya membangun sebuah rumah yang diberi nama Laktuil yang artinya merah dan tinggi.

Arti dari Merah menandakan keberanian dan keperkasaan dari rumah adat Lakatuil, sedangkan tinggi karena rumah adat dibuat seperti rumah panggung dan memiliki atap berbentuk limas yang tinggi.

Dahulu ada cerita bahwa Kampung Lama menjadi salah satu kerajaan besar di pulau Alor yakni kerajaan Lakatuil. 

Kerajaan Laktuil mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Baololong, dan memiliki wilayah yang luas dihampir sebagian Pulau Alor. 

Sehingga sampai sekarang banyak turunan dari Bampalola yang ada di sebagian pulau alor. Pada akhir abad ke-14 raja Baololong meninggal dunia dan akhirnya kerajaan Lakatuil mengalami kemerosotan dan punah. 

Setelah agama Islam masuk masyarakat mulai melupakan kebiasaanya yang menyembah pohon dan batu-batu besar.

Pada awal abad 20 sebelum Indonesia merdeka desa Bampalola berada di bawah kepemimpinan Desa Dulolong dan dikuasai bangsa Barat. 

Setelah Indonesia merdeka dan pada tahun 1965, masyarakat Bampalola hidup seperti masyarakat biasa pada umunya yaitu bertani, berkebun dan mengelola hasil hutan. 

Seluruh masyarakat Bampalola mengerjakannya secara gotong royong.

Setelah rumah adat selesai dibuat maka musim kelaparan yang melenda desa Bampalola juga hilang, tanaman dan hasil hutan masyarakat kembali subur dan dapat diolah menjadi makanan. 


Kehidupan masyarakat mulai membaik. Setelah kejadian tersebut maka rumah Lakatuil di jadikan rumah adat di desa Bampalola.

Setelah rumah adat Lakatuil dibangun maka suku-suku yang lain mulai membangun rumah adat yang lain. Dan kampung lama (doita) tempat berdirinya rumah adat Lakatuil di jadikan kampung Adat.