Edittor: Silverius
Sudah lama kita terkurung dalam situasi dan terpenjara keadaan.
Mula-mula muncul di Kota Wuhan lalu menjelma dan terus merubah tatanan kehidupan.
Iyah.. pandemi Covid-19 membuat kita mengurung raga dalam kebebasan dan membebaskan jiwa dalam kungkungan.
Gerbang kota disekat, opini publik kadang digiring dan menakutkan.
Kebenaran dan hoax beriring bagaikan hurikan.
Opini itu kini menjelma menjadi luka tapi tak berdarah dalam dada.
Mungkin cukup sampai disini, aku ajak kau untuk lupakan.
Mari kita bermain lagi dengan air dan sinar mentari di bawah rindang pohon beringin.
Menikmati gemercik air membius nurani hingga raga lesu pada kubangan dingin.
Disitulah ku temukan jiwa kembali tanpa ragu pada pandemi.
Disinilah ku dapatkan raga lagi tanpa bayang 19.
Kini sudah 20 dalam 10 diabad 21, oh! aku lupa ku kira angka kupon putih yang sedang ku isi pada bandar.
Ini hanyalah pergolakan jiwa dan raga pada dan bukan lagi 19, namun di tanggal 20 Oktober 2021. Dan untuk kedua kalinya ku ajak untuk berdandan dengan sinar mentari. ah.. Lupakan kata-kata serba puitis diatas dan mari kita kembali pada realita fana.
Salah satu tempat wisata air terjun tepatnya di Oenesu-Kupang Barat tentunya sudah familiar untuk penduduk Kota Kupang. Namun bagi kamu yang baru ke Kota Kupang, tentunya sangat disayangkan jika tidak melawat ke tempat yang satu ini.
Letaknya cukup jauh dari pusat kota dan bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat.
Air terjun Oenesu namanya, berjarak kurang lebih 9,8 km dari pusat kota Kupang dengan akses jalan yang menantang sangat disarankan untuk mengecek kendaraan anda sebelum berangkat ke lokasi ini. Saat sampai di lokasi ini anda akan dikenakan tarif Rp 5.000,- dan menikmati alam asri nan teduh yang tak ternilai di tempat ini. Kini tempat ini mungkin jarang dikunjungi.
Selain tempatnya yang lumayan jauh, akses jalannya pun berbatu dan cocok untuk pengguna motor trail.
Anda tertarik?
Setelah sampai dilokasi ini, anda dijamin adem dengan suasananya.
Ada dua spot untuk tempat pemandian dan berfoto, selain itu air yang segar menambah khazanah tak ternilai.
Kami menjelajah sampi ke spot ke dua tepatnya sumber pertama air terjun, tampaknya air masih jernih dan segar, namun lokasi sendiri telah banyak pohon yang tumbang akibat badai Seroja sehingga beberapa kayu terlihat terbengkalai tak terurus.
Kemudian kami pun memutuskan untuk menuju spot kedua dan menjadi tempat pemandian kami.
Sampai disini saja cerita kami.
Mari bebaskan jiwa dari pandemi dengan berwisata. *(/cah)