PRINSIP HEREDITAS DALAM MEKANISME PEWARISAN SIFAT
Pola hereditas pertama kali dikemukakan oleh Mendel. Mendel menggunakan Kacang Ercis sebagai bahan percobaanya, karena
1. Daur
hidupnya pendek
2. Menggunakan
penyerbukan sendiri
3. Mudah
dipelihara
4.
Mudah disilangkan
5. Memiliki beberapa varietas dengan sifat beda yang
kontras
6. Jumlah keturunannya banyak
Hukum Mendel terdiri atas 2
1. Hukum Mendel I Berbunyi “Pada waktu pembelahan gamet terjadi segregasi atau pemisahan alel-alel secara bebas dari diploid menjadi haploid”
2. Hukum Mendel II Berbunyi “Selama pembentukan gamet, masing-masing pasangan alel dalam satu lokus berpadu secara bebas dengan alel-alel dari lokus lainnya dan segregasi alel-alel pada satu lokus tidak dipengaruhi oleh segregasi dari lokus yang lain”
Persilangan Resiprok yaitu persilangan antara dua individu yang berbeda genotipe atau fenotipe.
Gamet merupakan sel reproduksi jantan/betina yang telah masak.
Zigot merupakan sel hasil peleburan 2 gamet
Galur murni yaitu suatu populasi yang terdiri dari individu2 homozigot karena adanya silang dalam atau inbreeding
·
P = Parental (Induk)
·
G = Gamet (Sel kelamin)
·
F1 = Filial 1 (Keturunan pertama)
·
F2 = Filial 2 (Keturunan kedua)
·
RG = Rasio Genotipe
· RF = Rasio Fenotipe
Persilangan Monohibrid, Persilangan Monohibrid adalah persilangan yang mempunyai satu tanda sifat beda. Contohnya: Persilangan antara kacang ercisberbiji bulat (BB) dengan kacang ercis berbiji keriput (bb)
Penyelesaian : P
= BB >< bb
G = Bb
F1 = Bb (Biji Bulat)
P2 = Bb >< Bb
G = B b B b
F2 = Gamet B b B BB (bulat) Bb (bulat) B Bb (bulat) bb (keriput)
Ratio Genotipe F2 = BB : Bb : bb = 1 : 2 : 1
Ratio Fenotipe F2 =
biji bulat : biji keriput = 3 : 1
Persentase biji bulat
= ¾ x 100 % = 75
%
Persentase biji keriput = ¼ x 100% = 25%
Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid merupakan persilangan yang menghasilkan dua karekter yang berbeda
Contohnya:Persilangan Kacang ercis berbiji bulat berwarna kuning (BK) dan kacang ercis berbiji keriput berwarna hijau (bk)
Penyelesaian :
P1
= BBKK >< bbkk
G
= BK bk
F1
= BbKk (100% Bulat Kuning)
P2
= BbKk >< BbKk
G
= BK, Bk, bK, bk
F2 = BK, Bk, bK, bk
Gamet BK Bk bK bk BK BBKK BBKk BbKK BbKk Bk BBKk BBkk BbKk Bbkk Bk BbKK BbKk bbKK bbKk Bk BbKk BbKk bbKk bbkk
Ratio Genotipe
F2 = B-K- : B-kk : bbK- : bbkk = 9 : 3 : 3 : 1
Ratio Fenotipe
F2 = biji bulat kuning : biji bulat hijau : biji keriput kuning: biji keriput hijau = 9 : 3 : 3 : 1.
Persentase biji bulat kuning = 9/16 x 100% = 56,25%
Persentase biji bulat hijau = 3/16 x 100% = 18,75%
Persentase biji keriput kuning = 3/16 x 100% = 18,75%
Persentase biji keriput hijau = 1/16 x 100% = 6,25%
TESTCROSS
Testcross bertujuan untuk mengetest sifat genetis suatu karakter dan untuk mengetahui apakah suatu individu heterozigot atau homozigot
Uji silang/test cross: persilangan antara suatu genotipe dengan homozigot resesif.
Testcross dapat dilakukan dengan individu yang bukan P (tetua) selama diketahuigenotipenya homozigot resesif.
Misalnya : 75% tinggi >< tt
BACKCROSS
Menyilangkan individu hasil hibrid (F1) dengan salah satu P (tetua). Hasil penyilangan tergantung pada macam gamet hasil hibrid.