MENGENAL PUTU DARI TEPUNG SINGKONG PRODUKSI MASYARAKAT LOKAL ILE APE
Negara Indonesia merupakan negara agararis yang sebagian besar sumber perekonomian masyarakat berasal dari komoditas pertanian.
Berbagai jenis bahan pangan mulai dari umbi-umbian, sayur, dan buah merupakan hasil dari sektor pertanian di Indonesia.
Banyaknya jenis bahan pangan di Indonesia maka menjadikan wilayah Indonesia memiliki berbagai jenis makanan dan jajanan tradisional yang tersebar hampir diseluruh wilayahnya.
Makanan maupun jajan tradisional dapat dikembangkan dengan bahan dasar lainnya sebagi pengganti bahan pokok maupun subtitusi.
Masyarakat Indonesia memiliki kemapuan untuk mengeloah bahan pangan menjadi berbagai produk makanan, mulai makanan pokok hingga makan ringan.
Makanan pokok adalah makanan utama yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi.
Jika kita berbicara mengenai makanan khas Masyarakat Ile Ape khususnya masyarakat adat Nobolekan yang berada di Desa Bungamuda Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur, maka tidak terlepas dari komoditas pangan andalan Kabupaten Lembata yakni ubi atau singkong kacang-kacangan, dan jagung.
Gambar: Putu, Makanan Khas Masyarakat Nobolekan |
Ubi atau singkong ini mudah ditemui dihampir semua lahan pertanian tadah hujan milik masyarakat Nobolekan. Karena digunakan untuk pakan ternak. Namun dibalik itu apabila ada kesempatan maka masyarakat mengolahnya menjadi Putu untuk disantap oleh manusia.
Bagaimana Proses Pembuatannya Oleh Masyarakat Nobolekan?
Pertama adalah proses pembuatan ubi gaple atau penumbukan ubi
Proses pembuatan ubi gaple dilakukan dengan cara, memisahkan terlebih dahulu isi dsri kulitnya kemudian cuci hingga bersih lalu dibelah menjadi beberapa bagian dan di jemur samapi kering.
Dikampung Nobolekan ini belum ada oven pengering ubi, jadi pada saat proses pengeringannya, hanya menggunakan cara manual saja yakni dikeringkan di bawah sinar matahari.
Setelah kering, ubi yang sudah dijemur tadi ditumbuk menggunakan alat tradisional yaitu: alu dan lesung, kemudian diayak terlebuh dahulu sehingga ubi yang masih kasar bisa dihaluskan lagi kembali sampai semuanya menjadi tepung yang biasa disebut ubi gaple.
Kedua adalah Proses Pembuatan Makanan Lokal yakni Putu
Tepung ubi yang sudah di haluskan kemudian dicampur menggunakan air lalu diaduk hingga semua adonan tercampur merata. Kemudian setelah disiram menggunakan air, ubi tersebut di campur dengan sedikit garam dan gula lalu aduk hingga semua adonan tercampur merata.
Dilain tempat, siapkan periuk tanah dan tempurung kelapa yang sudah dibersihkan, masukan air kedalam periuk tanah dan ditutup dengan tempurung kelapa lalu dimasak tunggu hingga air mendidi dan masukan ubi gaple di atas tempurung kelapa yang digunakan untuk menutup periuk tanah. Kemudian masak ubi gaple hingga masak.
Proses Penyajia Putu dengan Hasil Laut
Sampai disini Putu sudah bisa disajikan dan dinikmati. Akan tetapi, masyarakat Nobolekan mempunyai cara tersendiri untuk menikmati putu ini.
Putu ini belum lengkap jika tidak ada ikan kuah asam, dimana ikan ini harus didapat dari laut sekitar pantai Ile Ape. Ada alasan mengapa, karena ikan diwilayah ini adalah ikan batu yang rasanya sudah pasti pas dengan rasa putu.
Namun, tidak menutup kemungkinan untuk jenis ikan yang dari daerah atau wilayah lain.
Jadi putu ini harus disajikan dengan Ikan Kuah Asam, Kuah daun Marungga atau Motong Ikan Bakar, Jagung Titi, Ikan Kuah tanpa asam.
Gambar: Kuah Motong atau Marungga yang disajikan dengan Putu |
Gambar : Ikan Kuah Asam yang disajikan dengan Putu sebagai Lauk |
Gambar: Ikan Bakar Sebagai Lauk |
Dapat disimpulkan bahwa pemberian ubi gaple di subtitusikan dalam pembuatan putu maupun meningkatkan nilai gizi.
Putu dapat di usulkan kepada pemerinta untuk memberi dukungan dalam memberdayakan kelompok masyarakat guna pemanfaatan potensi sumber daya alam untuk menjadi produk yang memiliki nilai jual. (Red)