-->

Mengenang Uskup Emeritus Keuskupan Mgr Anton Pain Ratu, SVD ["Maranatha" (1Kor 16:22)]

advertise here

Mengenang Uskup Emeritus Keuskupan Agung Atambua Mgr Anton Pain Ratu, SVD

Gambar Uskup Mgr. Pain Ratu, SVD dengan kedua Romo Hendak Melaksanakan Perayaan Misa di Lamawolo Tahun 2008 Sumber:https://stephtupeng.blogspot.com/
Gambar Uskup Mgr. Pain Ratu, SVD dengan kedua Romo Hendak Melaksanakan Perayaan Misa di Lamawolo Tahun 2008 Sumber:https://stephtupeng.blogspot.com/

NEGERIPAUS.BLOGSPOT.COM - Sabtu, 06/12/2024 Umat Katholik di Keuskupan Atambua dikejutkan dengan kabar duka yang mendalam. Berita duka ini sontak tersebar seantero negeri dan menjadi perhatian umat seluruh umat katholik. Uskup Emeritus Keuskupan Agung Atambua Mgr. Anton Pain Ratu, SVD wafat di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua pada Sabtu, 6 Januari 2024 pukul 10.15 Wita. 


Menurut catatan, Uskup Emeritus Mgr Antonius Pain Ratu, SVD menjabat sebagai Uskup Atambua menggantikan Uskup Mgr. Theodorus van den Tillaart atau dikenal dengan Theodorus Sulama.  Uskup Emeritus Mgr Antonius Pain Ratu, SVD lahir pada tanggal 2 Januari 1929 dari ayah Kosmas Kopong Liat, seorang petani dan tengkulak yang merupakan Kepala Suku Ratumaking, Kepala Kampung, dan anggota mejelis gereja serta ibu Maria Boli Beraya, anak Kepala Suku Atakela, pemimpin kelompok kerja perempuan dikampung, penjual tembakau, dan dendeng ikan paus.

Uskup Emeritus Mgr Antonius Pain Ratu, SVD menjalani pendidikan dasar di SR Leworere, Tanah Boleng pada tahun 1939 dan pendidikan lanjutan di Vervolgd School, Larantuka tahun 1940 hingga 1942. Ia kemudian masuk ke Seminari St. Yohanes Berkhmans, Todabelu-Mataloko, Ngada sejak 1942 hingga 1950 dan juga Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero sejak tahun 1950 hingga 1958.
Pain Ratu
Gambar Istimewah


Mgr. Pain Ratu ditahbiskan menjadi imam Serikat Sabda Allah pada 17 Agustus 1958. Ia ditahbiskan oleh Uskup Larantuka, Mgr. Gabriel Manek, S.V.D. pada 17 Agustus 1958 (sumber lainnya menuliskan pada 15 Januari 1958) di Nita bersama R.P. Clemens Cletus da Cunha, S.V.D., R.P. Lambert Paji Seran, S.V.D., dan R.D. Petrus Sepe. Mereka mengambil moto tahbisan "Sungguh Aku datang" (Ecce, venio; Ibr 10:7).

Setelah menempuh pendidikan lanjut antropologi budaya dan Institut Pastoral Asia Timur (EAPI) dan melewati tahun-tahun pastoral, pada 12 April 1972 ia diangkat menjadi Regional SVD (sekarang provinsial) yang dijabatnya tiga periode berturut-turut.

Pada 2 April 1982, Mgr. Pain Ratu ditunjuk sebagai Uskup Auksilier Atambua dengan gelar Uskup Tituler Zaba. Ia memilih moto tahbisan "Maranatha" (1Kor 16:22). Ia ditahbiskan menjadi uskup pada 21 September 1982. Dalam penahbisan tersebut, Uskup Atambua Mgr. Theodorus van den Tillaart, S.V.D. menjadi Uskup Penahbis Utama, dengan Uskup Ko-konsekrator adalah Uskup Malang, Mgr. Franciscus Xaverius Sudartanta Hadisumarta, O.Carm., Uskup Agung Ende, Mgr. Donatus Djagom, S.V.D., dan Uskup Kupang, Mgr. Gregorius Manteiro, S.V.D. Bersamaan dengan dikabulkannya permohonan pensiun Mgr. van den Tillart, Mgr. Pain Ratu ditunjuk meneruskan kepemimpinan di keuskupan tersebut. Ia diinstalasi sebagai Uskup Atambua pada 9 Mei 1984.

Mgr. Pain Ratu menjadi Uskup Ko-konsekrator bersama dengan Uskup Ruteng, Mgr. Eduardus Sangsun, S.V.D. bagi Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, S.V.D. sebagai Uskup Weetebula pada 25 April 1986. Uskup Kupang, Mgr. Gregorius Manteiro, S.V.D. menjadi Uskup Penahbis Utama. Pada 6 Agustus 2000, Mgr. Pain Ratu menjadi Uskup Penahbis Utama bagi Mgr. Benyamin Yosef Bria sebagai Uskup Denpasar. Uskup Agung Ende, Mgr. Longinus Da Cunha dan Uskup Malang, Mgr. Herman Joseph Sahadat Pandoyoputro, O.Carm. menjadi Uskup Ko-konsekrator.

Pada 2006, Mgr. Pain Ratu berperan dalam menyerukan penghentian kekerasan dan pengrusakan masyarakat Atambua terkait eksekusi mati Fabianus Tibo, Marinus Riwu, dan Dominggus da Silva. Ia juga memberikan contoh tentang keberpihakan Gereja kepada kaum kecil dan tertindas dengan perjuangan tanpa kekerasan, termasuk pengungsian besar-besaran dari Timor Timur yang memasuki Timor Barat.

Mgr. Pain Ratu juga menjadi motor dalam menjalin keakraban para pemimpin agama di Kabupaten Belu dan Timor Tengah Utara (TTU), kawasan perbatasan Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan Timor Timur (Timtim).

Mgr. Pain Ratu pensiun sebagai Uskup Atambua pada 2 Juni 2007. Kepemimpinan Keuskupan Atambua diteruskan oleh Mgr. Dominikus Saku sampai penahbisannya. Mgr. Pain Ratu menjadi Uskup Penahbis Utama bagi Mgr. Saku pada 21 September 2007, dengan didampingi Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang dan Uskup Weetebula, Mgr Gerulfus Kherubim Pareira, S.V.D. sebagai Uskup Ko-konsekrator.
Gambar Istimewah
Gambar Istimewah



Pada Selasa (22/1/2008) lalu Uskup “Peci Merah” ini ini bale nagi Lamawolo. Ia disambut dengan meriah oleh orang-orang yang juga lahir dari rahim Lamawolo. Laki-laki dan perempuan berkeringat, berjingkrak sepanjang jalan kampung Lamawolo, menghunus pedang, melambaikan selendang dan menyoraki “cahaya” itu. Ia merayakan 50 tahun imamatnya dan 25 tahun sebagai uskup. Kurang lebih 49 tahun ia hidup dalam rengkuhan rahim tanah misi Timor. Ia sudah tua tapi masih gertak, suaranya menggeletar diselingi guyonan yang tajam, menyengat tapi bernada menghibur. Sekarang Mgr. Antonius Pain Ratu, SVD menutup segalah rangkaian kehidupan di dunia ini dan kembali ke pangkuan Allah Yang Maha Kuasa dalam usia 95 Tahun. "Maranatha". Selamat Jalan Uskup Emeritus Mgr. Antonius Pain Ratu, SVD doakanlah kami. *) Red
 
close