-->
  • Jelajahi

    Copyright © NEGERI PAUS
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Sejarah Masuknya Islam di Lerabaing Alor

    NegeriPaus
    05/02/2022, February 05, 2022 WIB Last Updated 2022-02-05T00:45:50Z
    Masjid At-Taqwa Lerabaing sebelum renovasi: Sumber: Dokumen Susanne Rodemeier, 1989
    Masjid At-Taqwa Lerabaing sebelum renovasi: Sumber: Dokumen Susanne Rodemeier, 1989


    NegeriPaus - Lerabaing merupakan salah satu dari beberapa perkampungan di Alor dan merupakan yang tertua. Perkampungan Lerabaing terletak di wilayah pantai selatan Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 

    Kampung Lerabaing sudah lama dikenal bahkan sejak masa pendudukan Portugis di wilayah Nusantara khususnya di Nusa Tenggara Timur. Wilayah ini kemudian pernah difungsikan sebagai Ibukota Kerajaan Kui karena letaknya yang amat strategis. Di Lerabaing juga difungsikan sebagai benteng pertahanan apabila terjadi perang antar kerajaan di Alor. 

    Dalam beberapa literatur yang ditemukan, memang tidak banyak menyebutkan Alor sebagai wilayah misi misionaris Katholik oleh karena itu sangat sedikit jika harus menggambarkan Alor sebagai wilayah Misi Katholik.

    Sebaliknya jika kita berbicara mengenai awal masuknya Islam sebelum Kristen (Protestan), banyak literatur dan penutur dapat kita temukan di Alor.

    Wilayah Lerabaing sendiri terdapat sebuah bangunan masjid yang sangat tua. Masjin ini menunjukan betapa sudah sejak lama penyebaran agama Islam telah dilakukan. 


    Beberapa penutur memberitahu kepada kita bahwa pada pertengahan abad ke-17, wilayah Lerabaing sendiri telah masuk agama Islam. Masuknya Islam, disertai dengan kedatangan Sultan Kimales Gogo bersama Kalu dan Paju (keduanya pengawal Sultan) menggunakan perahu dari Ternate dan perahu itu bernama Arabaih (Arabiah). Rombongan Sultan itu mendarat tepat di sebelah Barat Lerabaing yakni di pantai Utan Ga pada tahun 1619 M atau 1028 H dan kemudian menendang batu besar di tepi pantai itu hingga terlempar ke bukit. Kini batu tersebut dikenal dengan nama Kimales Wor. Selain itu, gua Barin Lei juga merupakan saksi perjalanan Sultan Gogo.

    Selain itu, para penutur juga menegaskan bahwa bukti masuk dan diterimanya dengan baik Islam di Lerabaing dapat di lihat dari suku Malangkabat yang menerima dan memeluk agama Islam pertama kali sejak saat itu. Namun bukan hanya itu, Raja Kui yang bernama Kinanggi Atamalai pun masuk dan memeluk Islam dan diikuti oleh tokoh masyarakat di wilayah itu.

    Namun sebelum mereka semua memeluk Islam, ada beberapa peristiwa mengenai kedatangan sultan yang harus di ceritakan.
    Sultan Gogo yang tengah beristirahat di Gua Barin Lei itu kemudian diserang oleh suku Ler, suku Koilelan dan suku Kletuwas, yang merupakan perintah dari Raja Kinanggi Atamalai karena menurut laporan warga yang melihat Sultan merupakan orang jahat.


    Akan tetapi, penyerangan oleh tiga suku itu tidak membuahkan hasil sehingga diutuslah suku Malangkabat. Kemudian suku Malangkabat melakukan diplomasi dan pendekatan dengan cara baik-baik sehingga Sultan diarahkan ke Kampung Lerabaing. Sebelum memasuki kampung Lerabaing, Sultan sempat mengangkat atau menegakkan beberapa buah batu besar di pinggiran pantai Lerabaing yang hingga kini batu tersebut masih berdiri kokoh.

    Setelah sanpai Sultan tidak langsung masuk ke Kampung Lerabaing hal itu dikarenakan kondisi kampung tersebut masih kotor sehingga Sultan meminta agar Raja Kui (Raja Kinanggi Atamalai) untuk memerintahkan orang mengambil air di Sungai Lerabaing. Air tersebut diberikan kepada Sultan Gogo dan selanjutnya air tersebut didoakan dan disiram di Kampung Lerabaing.

    Dikarenakan Sultan dianggap orang jahat, maka beliau dan pengawalnya disuruh menempati sebuah tempat angker (menurut kepercayaan penduduk) yang berada di wilayah pemukiman suku Malangkabat.


    Namun Sultan berhasil menanamkan nilai Islam karena kerja sama dan kerja kerasnya di wilayah ini dan kini dapat kita jumpai disalah satu wilayah di Alor. (Cah)

    Sumber: Fahrudin, 2020. MASJID LERABAING: KEARIFAN LOKAL DAN SEJARAH PENYEBARAN ISLAM DI NUSA TENGGARA TIMUR. Junral Lektur Keagamaan.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini