![]() |
Gambar: Istimewah |
Pua Menoh Pada tahun 1909, Pua Menoh diangkat oleh Belanda menjadi Raja Ende menggantikan Pua Noteh yang diturunkan pada sidang kepala suku dan dibuang ke Pulau Alor oleh Belanda.
Pua Menoh ini pernah bersekolah di Kupang dan lulus dari sekolah Hindia Belanda (Gouvernements Inlandsche School).
Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikannya selama beberapa tahun pada pendidikan Eropa di Batavia. Karenanya Raja Ende fasih berbahasa Belanda.
Karena kelancaran dalam berbahasa dan komunikasi di satu sisi, dan trauma pembuangan raja Ende sebelumnya, maka Pua Menoh tidak ada pilihan terpaksa banyak berkompromi dengan kepentingan Belanda.
Pada tahun 1910 Belanda melakukan kerja rodi kepada penduduk Flores untuk membangun jalan yang menghubungkan Larantuka hingga Manggarai.
Ratusan korban meninggal dalam kerja Rodi tersebut. Pada zaman Pua Menoh usaha pengembangan misi Katolik di Ende oleh Belanda digalakkan. Belanda memberi kemudahan akses kepada SVD? untuk menggarap Pulau Flores.
Pada tahun 1913, misi Katolik menempatkan pusat keuskupan untuk Nusa Tenggara Timur di Ende.
Kesaksian Kapten Tasuku Sato, seorang kapten Jepang yang dikirim ke Flores 1943, memberi kesaksian perkem-bangan Katolik di Flores yang luar biasa hanya dalam waktu 30 tahun (1913-1943) berhasil menasbihkan 400.000 orang masuk agama Katolik.
Jumlah itu lebih dari separoh penduduk Flores.
Munandjar Widyatmika, Lintasan Sejarah Bumi Cendana. Kupang: Pusat Pengembangan Madrasah, h. 250.
FX Soenaryo dkk., Sejarah Kota Ende, h. 103-105.