-->

Legenda Asal Usul Desa Sumber Kabupaten Rembang

advertise here

Desa Sumber
Gambar Istimewah


Desa Sumber merupakan salah satu desa Kecamatan yang berada di Kabupaten Rembang. Asal mula Desa Sumber konon berawal dari adanya seseorang bernama Ki Bronto yang datang ke suatu daerah hutan yang konon menjadi cikal bakal Desa Sumber. Suatu hari Ki Bronto sedang berjalan di kawasan hutan tersebut. Ki Bronto berjalan dihutan tersebut yang menjadi cikal bakal kawasan Desa Sumber sekarang. Hutannya masih rindang dan lebat lengkap dengan ekosistemnya yang masih alami belum terdapat campur tangan manusia karena belum ada kehidupan manusia di hutan tersebut. 

Ki Bronto berjalan dan terus berjalan hingga di tengah perjalanannya, Ia melihat sebuah pohon beringin yang sangat lebat dan besar. Dilihatnya pohon tersebut dengan seksama. Ia tertarik dengan pohon tersebut karena Ia belum pernah melihat pohon beringin sebegitu besarnya seperti pohon beringin yang Ia lihat di depannya langsung. Tidak sadar Ia terkagum melihat lebat dan besarnya pohon tersebut sambil berjalan. Selangkah demi selangkah Ia maju dan terus maju mengarah mendekati pohon tersebut. Tiba-tiba Ia merasa ada yang basah dikakinya. Hal tersebut membuat Ki Bronto tersadar. 

Dilihatnya apa yang Ia injak. Ternyata Ki Bronto menginjak genangan air. Diamatinya genangan air tersebut dengan seksama. Ternyata genangan air tersebut berasal dari dalam akar pohon beringin besar dan lebat yang Ia kagumi itu. Tak disangkanya Ia menemukan sumber mata air di tengah hutan tersebut. Mata air tersebut sangat jernih airnya. Air dari mata air tersebut terus menerus keluar dari dalam akar pohon beringin besar tanpa berhenti. Airnya sangat jernih dan sangat segar karena benar-benar alami dari alam.

Menurut Ki Bronto, apa yang Ia temukan tersebut merupakan penemuan besar. Tanpa berpikir panjang, Ki Bronto membuat gubuk kecil di dekat mata air tersebut untuk Ia tinggali. Hari demi hari Ki Bronto tinggal disana. Satu demi persatu orang-orang datang untuk membuat tempat tinggal di sana. Karena tempatnya yang strategis dekat dengan sumber mata air, daerah tersebut semakin hari semakin ramai dengan orang-orang yang datang untuk membuat tempat tinggal. Semakin lama dan semakin banyaknya orang-orang yang menghuni daerah tersebut, daerah yang semulanya berupa hutan lebat tersebut berubah menjadi sebuah kawasan pemukiman yang cukup banyak penghuninya.

Suatu hari, Ki Bronto datang ke sumber mata air tersebut. Ia duduk di depan sumber mata air di bawah pohon beringin besar dan lebat tersebut. Di sana Ki Bronto melamun memikirkan sesuatu. Ia berpikir daerah yang dulunya Ia temukan berupa hutan lebat yang kini menjadi sebuah pemukiman tersebut belum memiliki nama. Ia memikirkan nama yang tepat untuk kawasan pemukiman tersebut. Setelah beberapa waktu lamanya Ia memikirkan nama yang tepat, akhirnya Ki Bronto menemukan nama yang sangat cocok diberinya kepada kawasan pemukiman tersebut.

Setelah menemukan nama yang cocok dan merasa puas dengan nama tersebut, Ki Bronto lalu pergi untuk mengumpulkan para warga. Diajaknya para warga bermusyawarah untuk sepakat memberi nama kawasan pemukiman yang mereka tinggali sesuai dengan nama hasil pemikiran Ki Bronto. Setelah berunding, ternyata para warga setuju dengan ide Ki Bronto.

Mereka sepakat memberi nama kawasan pemukiman tersebut dan mereka memperoleh kesepakatan lain yaitu tentang adanya pengadaan tradisi “Sedekah Bumi” yang merupakan tradisi turun temurun untuk mensyukuri nikmat yang mereka peroleh dari hasil panen. Mereka mengadakan tradisi tersebut karena mereka percaya dengan adanya Dewi Sri yang dikenal dengan dewi pertanian.

Mereka percaya tanpa adanya Dewi Sri, mereka tidak akan bisa mendapatkan hasil panen yang melimpah. Oleh karena itu, mereka selalu mengadakan tradisi Sedekah Bumi setiap musim panen sebagai tanda terima kasih mereka kepada Dewi Sri. Tradisi Sedekah Bumi selalu mereka adakan di kawasan sumber mata air di bawah pohon beringin besar. Mereka percaya adanya penunggu pohon beringin besar tersebut. Sedekah Bumi mereka adakan dengan memberi persembahan atau sesajen yang mereka letakkan di sumber mata air.

Dengan memberi persembahan kepada penghuni pohon besar tersebut, mereka berdo’a dan berharap agar panen mereka melimpah setiap tahunnya dan sumber mata air tersebut tidak pernah berhenti mengalir. Sesuai dengan nama yang mereka sepakati. Mereka memberi nama desa tersebut desa “Sumber”. Nama tersebut diberi oleh Ki Bronto dan disepakati oleh para warga. Nama “Sumber” sendiri berasal dari sumber mata air yang tiada berhentinya mengalir yang disebut warga “Nyumber”.

Masa demi masa berlalu. Kawasan pemukiman yang semula hutan tersebut berubah menjadi kawasan pemukiman ramai penduduk. Desa Sumber kini menjadi Desa Kecamatan Sumber. Kecamatan Sumber yang merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Rembang yang terletak di perbatasan antara kabupaten Rembang dan Pati. Dan mengenai sumber mata air tersebut, kini berubah menjadi sebuah sumur yang dikenal dengan sebutan “Sendang”.

Dan mengenai pohon beringin besar tersebut kini hanya tinggal cerita karena pohon tersebut sudah tidak ada lagi sebab ditebang. Dan tradisi Sedekah Bumi tersebut masih diadakan. Tetapi diadakannya bukan di sumber mata air itu lagi. Tetapi diadakannya Sedekah Bumi tersebut sekarang bertempat di balai desa Sumber.