Para Manek dari Rote Ndao |
Editor: Negeri Paus Media
NegeriPaus - Salah satu raja di Rote adalah FoE Mbura. Ia merupakan seorang Raja atau Manek di Nusak Thie yang saat ini kita kenal dengan nama Kecamatan Rote Barat Daya. Pemerintahannya dimulai pada abad ke 17 Masehi dengan mengadakan hubungan dagang dan menjalin persahabatan dengan Portugal dan Belanda.
Dengan melihat kecerdasan dan kepandaian orang Portugal dan Belanda maka Manek FoE Mbura muda dengan tekad yang kuat menimbah ilmu ke Matabi. Matabi sendiri adalah nama Betawi dalam ejaan bahasa Rote.
Raja Foe Mbura juga mengajak setidaknya tiga orang temannya yang merupakan Manek dari wilayah lain di Rote. Ketiga orang itu dapat diketahui merupakan TouF Dengga Lilo dari Nusak Baa, Ndara Naong dari Nusak Lelain, dan Ndi’i Hua dari Nusak Lole.
Mereka bertiga sepakat bekerjasama untuk membuat sebuah perahu besar yang nantinya akan digunakan untuk berlayar ke Matabi dan setelah selesai membuatnya perahu tersebut diberi nama "Sangga Ndolu" yang artinya "Mencari Ilmu".
Menurut beberapa catatan sejarah bahwa mereka bertiga berlayar ke Matabi dan tiba di Betawi yang kemudian menemui pemerintah Belanda untuk menyampaikan maksud dan tujuan mereka ke Betawi atau Matabi.
Akhirnya mereka diterima oleh pemerintah Belanda dan mereka mengikuti sekolah setidaknya selama 7 tahun lamanya. Mereka kemudian diajarkan menulis, membaca, berhitung, ilmu politik, dan agama (agama Kristen) serta lainnya.
Mereka semua kemudian dibaptis menjadi orang kristen dan di beri nama baru. FoE Mbura diberi nama Benyamin Messakh dan Ndi’i Hu’a diberi nama Zacharias, sedangkan Ndara Naong tidak diketahui nama baptis Kristen.
Raja Benyamin Mesakh setelah kembali dari Betawi, Ia mendirikan Sekola Dasar yang menjadi sekolah pertama dan Satu Gereja di wilayah Fiulain di Thie yang menjadi jemaat Kristen pertama di Pulau Rote, sekarang masuk wilayah Kecamatan Rote Barat Daya.
Diceritakan bahwa setelah puluhan tahun kemudian, Rote mengirim banyak pendeta dan guru-guru ke Pulau Timor, Alor, Sabu, dan Sumba untuk membuka sekolah dan menginjili masyarakat di pulau-pulau itu. Itulah sebabnya sebagian pulau Timor, Sumba, dan Alor menjadi daerah Kristen Protestan hingga hari ini.
Perjuangan FoE mBura dan kawan-kawan untuk membebaskan orang-orang Rote kala itu dari belenggu kebodohan sangat diberikan apresiasi setinggi-tingginya. Sebab semangat yang besar itu berbuah hasil yang mengagumkan yang dapat kita lihat sampai saat ini. Bagaimana mereka bergelut dengan ombak dan bahkan mungkin badai yang bisa saja membalikan perahu mereka hanya untuk mau merubah Nusa Rote.
Oleh karena itu untuk menghormati pendahulu itu, harapan besar ada pada generasi muda saat ini agar giat dalam mencari ilmu dan pantang menyerah.
Untuk itu, kita patut menundukkan kepala sambil mengenang mereka dan merenungkan cita-cita luhur mereka dengan tekad bulat membangun negeri ini dengan penuh rasa tanggung jawab. (Cah)